Operasi razia yang dilakukan pihak kepolisian untuk memeriksa surat kendaraan bermotor acapkali membuat keder dan menggetarkan hati. Dagdigdug rasanya. Padahal, semua surat lengkap SIM masih panjang masa berlakunya, STNK ada, dan pajak sudah dibayar. Kendaraan pun tak kurang satu pun spare part alias onderdilnya, termasuk spion selalu ada kanan dan kiri. Selain itu, di kepala pun terpasang dengan baik helm ber SNI.
Lalu, jantung semakin tak karuan berdegup dengan kencang ketika petugas polisi menyilakan untuk menepi ke sisi jalan sejenak. "Selamat siang pak, bisa lihat SIM dan STNK-nya?" Meskipun petugas menyapa dengan baik, tidak memarahi pengendara, apalagi membentak dengan kasar. Namun sapaan halus tersebut malah bisa bikin salah tingkah. Apakah Anda merasakan gejolak rasa seperti itu juga?
Seolah-olah ketika berhadapan dengan polisi menjadi orang yang paling tidak percaya diri di dunia ini. Seperti itulah yang terjadi pada diri saya. Kebetulan siang tadi diperiksa sejenak oleh polisi. Selebihnya jika tidak ada masalah, petugas mempersilakan jalan, toh surat lengkap dan kendaraan dalam kondisi yang baik-baik saja. Lagian mereka juga cuma mau mengingatkan pemilik kendaraan untuk taat membayar pajak dan mengingatkan untuk selalu berhati-hati di jalan.
Jadi, seharusnya santai saja kalau berhadapan dengan polisi yang sedang melakukan razia dijalan. Kecuali jika pengendara termasuk pelaku kejahatan, pelanggar lalu lintas, tidak memiliki surat kendaraan, dan belum membayar pajak. Lalu, kenapa orang yang tidak berbuat salah tetap gugup ketika melihat razia dari pihak kepolisian di jalan raya?
Takut Melihat Razia Polisi, Anda Mengalami Police Anxiety
Mengutip dari https://otomotifnet.gridoto.com/, istilah police anxiety merujuk pada gejala pengendara yang merasa takut dan cemas ketika melihat polisi yang melakukan razia. Tanda-tandanya yaitu tadi merasa gugup dan jantung berdebar-debar enggak karuan rasanya.
Persoalannya tindakan ini bisa diiringi tindakan pelanggaran berikutnya seperti balik arah kabur dari razia, malah marah-marah sambil rekam video, bahkan nekat menabrak polisi. Kalau sudah begitu itu tandanya memang berbuat salah.
Kondisi police anxiety tersebut terjadi karena rasa takut ditempatkan pada hal yang salah. Misalnya, pakai helm bukan karena keselamatan, tetapi biar enggak terkena razia polisi atau bayar pajak kendaraan setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas. Jadi perbuatan yang dilakukan sebenarnya adalah tindakan yang salah.
Ketakutan terhadap polisi itu diiringi dengan rendahnya tingkat kesadaran pengguna kendaraan. Seperti sudah tahu tidak punya SIM, kok malah nekat ke jalan raya. Tidak pakai helm, tetapi berani pakai sepeda motor enggak mikirin nasib jiwanya kalau terjadi kecelakaan.
Lalu, kenapa orang tidak bersalah juga ikut-ikutan takut melihat polisi? Secara psikologi hal itu terjadi karena orang tersebut mengikuti prilaku orang-orang yang ada di sekitarnya. Misalnya, terlanjur percaya kalau razia cuma mencari kesalahan dan ujung-ujungnya mencari uang. Lalu ketemu polisi menjadi sangat cemas. Padahal tidak demikian.Â
Jadi kalau sadar mengikuti aturan seharusnya pengendara santai saja enggak usah kikuk, enggak perlu degdegan, dan jangan pula sampai berbuat kesalahan berikutnya. Tidak perlu cemas apabila sudah taat terhadap aturan di jalan raya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H