Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fasilitas Pendidikan di Pelosok Sukabumi Sangat Memprihatinkan

13 Maret 2018   15:52 Diperbarui: 13 Maret 2018   18:30 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, kami menerima donasi dan mulai mendistribusikan sepatu dan perlengkapan Sekolah dari keluarga Mohammad Ridho kepada siswa yang membutuhkan. Alangkah senang rasanya bisa menapaki langkah demi langkah kebaikan dari donasi yang telah diberikan oleh teman-teman.

Donasi demi donasi dapat membuat Sabumi volunteer terus turut terlibat untuk mendukung kegiatan pendidikan anak-anak di pelosok Sukabumi.

Senin, 12 Maret 2018, Kami pergi bersama untuk melakukan pendisribusian donasi, sandal, sepatu, dan perlengapan sekolah. Kampung yang kami tuju adalah Ciawitali yang merupakan bagian dari Desa Nagrag Jaya.  RT 03/ RW 05, Kecamatan Curug Kembar,  Kabupaten Sukabumi.

Distribusi donasi Dibutuhkan Siswa Sekolah MTS Alhidayah di Desa Dagrag Jaya

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Saya pergi bersama Rivan Amirullah (23 tahun), Tri Dilla Adrilianti (23 tahun), Arsal (21 tahun), Sultan (17 tahun), dan Amu 15 tahun) menuju kampung tersebut. Kami memutuskan donasi sepatu dan perlengkapan sekolah disalurkan ke sana, karena anak-anak di sana memang membutuhkan bantuan.

Alasan lainnya, berdasarkan informasi dari Rivan Amirulloh yang aktif sebagai relawan sosial bahwa ada sekolah yang masih berdinding  dan lantai papan. Kondisinya dalam keadaan rusak pula.

Akses menuju lokasi distribusi donasi tidak bisa capai dengan sepeda motor. Setelah melakukan perjalanan dari Sukabumi Kota, motor di simpan di rumah warga di Jalan Rawabungur. Selanjutnya, perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki dengan memanggul tas ransel ala anak gunung yang mau camping.

Sultan yang merupakan warga  Desa Curug Kembar menjelaskan bahwa ada dua akses jalan untuk bisa sampai ke kampung Ciawitali. Pertama, melalui jalan Sindangsari dan jalan Rawabungur. Tetapi Jalan Sindangsari sukar dilintasi karena terutup tanah yang longsor beberapa hari yang lalu.

Jadi, kami pun menggunakan akses jalan Rawabugur untuk bisa sampai ke Kampung Ciawitali dengan jarak 3 km. Kondisi jalannya tidak kalah menyedihkan, karena medan yang berbatu dan tanah bercampur lumpur bekas longsor beberapa tahun lalu. Jadi jalan Rawabungur pun pernah terkena longsong juga.  

Setelah sampai di Kampung Ciawitali, kami baru memperoleh informasi lebih akurat bahwa Bangunan sekolah tersebut merupakan Sekolah MTs Al-Hidayah dengan siswa 60 orang. Kondisi tersebut yang menguatkan langkah kami menuju Kampung Ciawitali. Bapak Kamiludin Jamil sebagai Kepala sekolah bercerita, "MTs. Al- Hidayah berdiri pada tahun 2010. Pembagunannya pun berkat gotong-royong warga".

Hingga sekolah tersebut kami datangi belum ada perbaikan sekalipun pada bangunannya. Bangunan sekolah tersebut semakin mangalami kerusakan waktu seiring berjalannya waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun