Dari halaman facebooknya, saya mengikuti kegiatan Najwa Shihab menjadi Duta Baca pada taggal 10-11 Agustus 2017. Dari kegiatan meresmikan Pojok Baca di Satpas Daan Mogot hingga diskusi sejam yang lalu yang intinya membicarakan dunia literasi di negeri ini. Saya puas melihat acara yang dijalaninya, setelah heboh telah mengundurkan diri dari Mata Najwa dan Metro Tv rupanya kegiatan sebagai Duta Baca juga menyibukkan dirinya.Â
Dari dua hari mengikuti acara Najwa Shihab ada pernyataan yang membahagiakan saya. Kata Najwa Shihab begini, "bukan minat baca anak-anak Indonesia yang rendah, tetapi akses terhadap buku yang rendah. Buktinya anak-anak di berbagai taman baca berlarian ketika datang buku baru." Nah itu Mbak Nana. Itu benar sekali.Â
Beberapa kawan yang bergerak di dunia literasi sempat marah enggak ketulungan ketika saya paparkan tentang minat baca rendah itu. Apalagi saya bilang waktu itu," kata Najwa Shihab loh, bukan kata saya." Kawan-kawan dipergerakan literasi langsung mendengus, "Itu orang belum datang ke pelosok Sukabumi. Kita sudah buktikan minat baca anak-anak taman baca begitu tinggi."
Ya baikalah, perdebatan tahun lalu sudah terjawab dari mulut Najwa Shihab sendiri. Sebagai Duta Baca tentu dia malang melintang. Apalagi pernah pula dia ke Sukabumi bertemu dengan penggiat literasi Sukabumi. Tetapi sayang, anak-anak Sabumi Volunteer tidak datang dalam pertemuan tersebut. Apa tidak diundangnya. Oh ya, Sabumi Volunteer itu, semacam wadah relawan literasi yang berada di Kabupaten/ Kota Sukabumi. Sabumi Volunteer telah membuka lebih dari 20 taman baca. Angka pasti rumah baca yang telah dibangun tak pasti, karena tidak pernah dihitung oleh Sabumi Volunteer.Â
Kebanyakan kegiatan dunia taman baca berasal dari donasi buku, dari tangan-tangan ikhlas yang menyumbangkan buku demi mendekatkan akses buku kepada anak-anak di Sukabumi. Sayang demi sayang, buku bagi anak-anak terlalu sedikit. Padahal niat besarnya ingin mendorong minat baca anak-anak, tetapi hasilnya sering donasi yang diperoleh malah majalah dewasa atau majalah politik. Buku anak-anak sedikit sekali. Terasa semakin sedikit, ketika ada usulan pembangunan rumah baca di lokasi yang baru.Â
Kok malah curhat donasi buku ya. Ya tetapi itulah kenyataan yang terjadi. Ketika minat baca sudah begitu tinggi, buku bagi anak-anak yang sedikit sekali mampu dikumpulkan. Ketidakmilikan buku anak-anak ini membuat gerak Sabumi Voluneer rada tertahan, ya enggak mungkin kan rumah baca isinya majalah dewasa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H