Bagi saya tempat bertamasya itu tak harus mahal dan jauh dari rumah. Lokasi wisata itu paling tidak mampu membuat diri ini berekreasi, menyegarkan kembali badan, pikiran, dan suasananya harus membuat diri riang gembira. Selain itu, pengelola yang ramah dan bersahabat bisa menjadi faktor yang patut dipertimbangkan untuk mengunjungi tempat wisata. Di Kabupaten Sukabumi terdapat tujuan wisata murah meriah yang membuat pengunjungnya menghilangkan perasaan gundah gulana, namanya Gunung Sunda yang terletak di Kampung Jambelaer, Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi.
Kompasianer yang budiman juga bolehlah berwisata ke Gunung Sunda, jika sedang berada di Sukabumi. Lokasi Gunung Sunda sangat mudah dikunjungi oleh para wisatawan lokal maupun dari luar daerah Sukabumi. Dari alun-alun Cisaat, Gunung Sunda dapat didatangi dengan moda transportasi sepeda motor dan mobil. Gunung Sunda bisa juga dituju melalui Jalur lingkar Selatan Sukabumi via Cibolang. Jika tidak menggunakan kendaraan sendiri, pengunjung bisa menggunakan jasa ojek dengan membayar ongkos Rp.10.000 atau menyewa angkot apabila perginya secara rombongan.
Bagi wisatawan dari luar Sukabumi tidak usah bimbang dan ragu akan kesulitan mencari lokasi Gunung Sunda, dari arah Kota Sukabumi atau arah Bogor patokannya adalah Masjid Raudhatul Irfan Cibolang yang berlokasi dipinggir jalan raya Sukabumi-Cisaat, lalu berbeloklah ke Jalur Lingkar Selatan Sukabumi. Ingat, jangan lupa rajin bertanya, agar tidak sesat di jalan.
Ada beberapa hal yang membuat gunung sunda sangat layak untuk dikunjungi, antara lain: para pengelolanya ramah, banyak tulisan unik yang memancing tawa, kondisi kawasan yang indah dikelilingi pepohonan, dan terdapat kegiatan edukasi menjaga lingkungan seperti menanam pohon dan menjaga kebersihan.
Sentuhan Senyuman dan Kebaikan Alam
Ketika tiba di kawasan Gunung Sunda, pengunjung akan disambut oleh senyuman akang-akang pengelola nan kasep, mereka akan melayani anda dengan cekatan, seperti mengarahkan kendaraan untuk diparkir dan menunjukkan jalur memasuki kawasan Gunung Sunda. Ada beberapa orang pengelola yang akan tampak bertugas dan siap membantu di sana. Sebelum memasuki jalur menuju puncak gunung, wisatawan harus membayar biaya masuk Rp2.000 saja. Murah bukan! Uang tesebut akan digunakan untuk biaya pengelolaan dan menjaga kelestarian lingkungan Gunung Sunda.
Pengunjung akan merasa terhibur membaca banyak tulisan lucu di sisi kanan dan kiri jalan. Ada saja tulisan menggelitik nan menghibur, seperti dilarang bawa pacar sewaan, bun hutang kita berapa lagi, karena wanita selalu benar dan banyak lainnya. Pengelola memiliki cara unik membuat orang betah berwisata ke sana.
Dari atas Gunung Sunda, pengunjung bisa melihat gunung lainnya dan pemandangan kota Sukabumi. Kata para pengelola, waktu terbaik datang ke Gunung Sunda adalah pada pagi dan sore hari. Pagi hari menjanjikan melihat matahari terbit dengan latar belakang Gunung Gede Pangrango. Sedangkan malam hari disuguhi kerlap kerlip lampu kota Sukabumi. Dari Gunung Sunda ini pula akan tampak pemandangan Gunung Salak, Gunung Putri dan lainnya. Tempat wisata ini juga banyak dikunjungi muda-mudi sebagai tempat camping oleh muda-mudi yang sesekali ingin menyatukan raganya dengan alam.
- Budaya keseharian sebagai orang Sunda. Cara para pengelola menghadapi para pengunjung yang ramah dengan senyuman dan membuat berbagai tulisan di sekitar kawasan merupakan wujud dari budaya sunda. Orang sunda sangat dikenal periang, someah (ramah ramah), murah senyum, lemah-lembut, dan suka bobodoran (melucu). Unsur-unsur perilaku budaya menyatu dalam pengelolaan objek wisata Gunung Sunda.
- Pengelolaan wisata Gunung Sunda juga berakar dari wawasan tradisional kehidupan masyarakat pedesaan yang tidak lepas dari kawasan perbukitan atau gunung. Bagi orang sunda, bukit atau gunung yang tumbuh banyak pohon disebat sirah cai (kepala air) atau leuweung) sebagai pelindung kampung-kampung yang berada di sekitarnya. Jadi, Secara sadar atau tidak, pengelola menerapkan hubungan manusia dengan alam dengan menjaga kelestarian leuweung (hutan), demi menjaga kehidupan kampung di sekitarnya.