[caption caption="Asik Membaca di Pustaka Ceria, Foto : Pribadi"][/caption]Awal mula tinggal di Sukabumi, anak semata wayang saya bingung bukan main. Pasalnya, dia tak memiliki teman seorang pun. Berkali-kali dia mengeluh, “kenapa teman aku enggak diajak pindah ke sini ayah.” Sepi dan sedih mungkin menggelayut di kepalanya. Untuk membunuh sepinya, dia mengajak saya pergi ke sebuah supermarket yang di dalamnya terdapat area bermain. Nyaris setiap hari dalam tempo satu bulan pertama, supermarket di Kota Sukabumi adalah tujuan yang dapat membuatnya tenang, aman, damai, dan tanpa tangis.
Setelah dihitung-hitung, uang yang dihabiskan untuk bermain ke supermarket tidaklah sedikit dan mampu menggerus isi kantong. Kalau dituruti terus-menerus akan menjadi kebiasaan yang tak baik buat anak saya. Dia menjadi terbiasa bermain tanpa teman dan menghabiskan uang orang tuanya dengan cepat.
Masalah harus diatasi dan solusi harus dicari. Lalu, saya bepikir solusinya adalah dia harus mengenal teman baru dan beradaptasi dengan lingkungan di tempat tinggal yang baru. Maka, saya pun memutuskan untuk mengerem permintaan anak saya yang mengajak jalan-jalan ke supermarket. Jadi, saya harus rela melihat anak menangis dan tidak mengamini permintaannya.
Rupa-rupanya apa yang saya lakukan berdampak baik, anak saya mau tak mau harus belajar untuk mengenal teman-teman yang baru. Diawali dengan melihat-lihat anak-anak kecil bermain di sawah di dekat rumah, mendekati salah satu anak, dan akhirnya dia mampu berbaur dengan teman-teman barunya. ‘Ayah, aku sudah punya teman, si Yeyey, Fahri, Uta,” katanya suatau hari. Begitulah manusia, pada dasarnya sejak kecil telah diberi kemampuan kodrati untuk membangun hubungan secara sosial dengan orang lain.
Lama-kelamaan, dia mengajak teman-temannya bermain ke rumah. Nah, banyak anak-anak bermain di rumah ternyata rasanya enggak karuan, rumah menjadi berisik, lantai kotor dimana-mana dan harus merelakan mainan anak saya hancur berantakan dibanting oleh teman-temannya. “Ya namanya juga anak-anak, mau bagaimana lagi,” Kata istri saya. Sadar dengan kondisi tersebut, saya berdiskusi dengan istri untuk meredam “kerusuhan” di rumah yang terjadi hampir setiap hari.
[caption caption="Bermain Asik Dirumah, Foto : Milik Pribadi"]
Betapa Bahagianya Melihat Anak Bermain dan Membaca dengan Ceria
Berbekal dari koleksi buku anak saya yang sedikit, mencari donasi buku melalui media sosial, dan menodong kepada mereka yang saya tahu dengan senang hati menyumbangkan buku, akhirnya tersedialah buku yang diharapkan untuk taman baca di rumah saya. Tahukah anda, pengalaman membuat taman baca membuka mata saya ternyata banyak orang yang mau menyumbangkan buku dan memberikan donasi dalam bentuk uang.
[caption caption="Donasi Buku Dari Seorang Kawan, Foto : Pribadi"]
Ya paling ada tambahan pekerjaan buat saya, yaitu mendongeng buat mereka.”Kalau hari dongeng kelinci, gimana om? Atau cerita itik yang baik hati?” Ocehan tersebut mulai ramah terdengar di telinga hampir setiap hari. Jadilah saya yang tak pernah berdongeng, terpaksa membaca buku anak-anak bergambar lucu untuk persiapan mendongeng hari berikutnya.
[caption caption="Mendongeng, Foto ; Milik Pribadi"]