Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Menggunakan Listrik Pintar dan Berhemat dari Sekarang

10 April 2016   21:24 Diperbarui: 11 April 2016   05:48 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Foto : http://www.pln.co.id/"][/caption]

Sejak berpindah dan mengontrak rumah di Sukabumi, keluarga saya beralih menggunakan listrik prabayar. Tidak seperti dulu, waktu itu masih menggunakan listrik paskabayar saat tinggal di pondok mertua indah. Listrik paskabayar itu adalah listrik yang dibayar belakangan setelah pelanggan menggunakan energinya dalam jumlah tertentu. Saya membayar listrik secara patungan, 50 persen menggunakan uang dari mertua dan 50 persen dari kantong saya. Setiap bulannya, saya memberikan uang listrik paling sedikit Rp200.000 kepada mertua. Saya tidak pernah bertanya dan mengecek berapa iuran listrik per bulannya. Untuk apa juga ditanyakan berapa tagihan listriknya, wong sudah syukur boleh tinggal menumpang di rumah mertua setelah menikah.

Ketika hari pertama menempati rumah yang baru ini ternyata listriknya dalam keadaan mati. Saya sempat bingung kenapa lampu tidak ada satu pun yang bisa dinyalakan. Saya bertanya ke tetangga apakah sedang terjadi pemadaman listrik? “Enggak kok kang nyala, itu kali belum diisi token,“ jawab tetangga saya. Ternyata eh tenyata, mata saya tidak awas, alat meter di rumah saya ini berbeda dengan yang terdapat di rumah mertua. Alat meter di rumah ini memiliki layar LED yang di dalamnya tertulis angka 0.00 sebagai indikator kalau energi listrik (kWh) telah habis terpakai. Pantas saja lampu enggak bisa dinyalakan.

[caption caption="Meter Prabayar, Foto : Miliki Pribadi"]

[/caption]

Nah sejak itulah, keluarga saya memulai hari yang baru dengan beralih menggunakan listrik prabayar. Demi kehidupan yang terang-benderang pula, saya pun langsung membeli token atau voucher yang berisi pulsa listrik isi ulang. Saya membeli token berisi Rp100.000 dan memperoleh listrik sebanyak 70,93 kWh. Kalau kata tetangga saya, voucher senilai Rp100.000 akan cukup digunakan dalam waktu satu bulan. “wah murah sekali,” saya berpikir dalam hati.

[caption caption="Foto : http://www.pln.co.id/"]

[/caption]

Saya membeli tokennya di tempat penjualan pulsa handphone yang lokasinya tepat didepan gang, enggak perlu pergi ke kantor PLN/ loket pembayaran listrik yang jaraknya jauh dari rumah. Tempat penjualan pulsa tersebut juga menjual token listrik secara online. Tetangga saya juga bilang, kalau membeli token di minimarket harganya bisa lebih murah. Sayangnya, saya harus naik angkot kalau harus ke minimarket. Selain itu, token listrik bisa diperoleh melalui lebih dari 30.000 ATM di seluruh Indonesia.

[caption caption="Struk Pembelian Listrik Prabayar, Sumber Foto : Milik Pribadi"]

[/caption]

Setelah itu, saya masukkan 20 angka kode yang tertera di voucher ke dalam Meter Prabayar (MPB). Meskipun, saya  sempat bertanya lagi sama tetangga, ternyata cara pengisian kode tersebut gampang sekali layaknya mengisi pulsa dihandphone saja. Cara mengisinya itu seperti yang saya lakukan berikut ini; 1. Lihat benar-benar 20 angka kode voucher yang tertera dibukti pembelian pulsa listrik, 2. Masukkan ke Meter Prabayar, 3. Tekan tombol enter jika angka sudah masukkan semua, 4. Listrik bisa digunakan. Waktu pengisian 20 kode angka tersebut, saya melakukan kesalahan dalam pengisian, dan tinggal dikoreksi dengan menekan tombol backspace. Ada sedikit keluhan memang, tombol-tombol di alat meter di rumah saya agak keras, sehingga rada kesulitan memencet-mencet tombolnya.  

Setelah seminggu menggunakan listrik prabayar, saya dan istri sempat terkejut sebab sudah ada bunyi tit-tit-tit menandakan energi listrik hampir habis. “Masa baru semiggu sudah mau habis, katanya seratus ribu cukup sebulan” keluh istri saya. Selidik demi selidik baru disadari, kalau yang membuat energi listrik cepat habis akibat mesin pompa air tak pernah dimatikan. Jadilah mesin pompa air seolah vampir penghisap darah. Kalau sudah begini barulah terasa betapa borosnya menggunakan listrik selama ini.

Dari masalah mesin pompa air penghisap energi listrik tersebut, saya sadari kenapa PT. PLN terus mengkampanyekan harus pintar menggunakan listrik. Saya menjadi salah seorang yang menghabiskan energi listrik tidak sesuai kebutuhan. Setelah itu, saya dan istri selalu saling mengingatkan untuk mematikan mesin pompa air. Tebukti untuk bulan selanjutnya, keluarga saya menghabiskan hanya Rp100.000 untuk jangka waktu 1 bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun