[caption id="attachment_348799" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : kompas.com"][/caption]
Sebagai rakyat dan pemilih Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, saya merasa senang melihat mereka dilantik dengan suasana yang luar biasa. Bagaimana tidak, pelantikannya didatangi oleh mantan presiden/ wakil presiden (perwakilan keluarga), pesaingnya Prabowo dan Hatta Rajasa, para pemimpin partai politik, dan beberapa pemimpin negara atau perwakilan negara. Setelah itu, mereka berdua disambuat rakyat dengan begitu antusias. Kabarnya, baru Presiden ke-7 ini yang pelantikannya dirayakan besar-besaran oleh rakyatnya sepanjang sejarah kepemimpinan nasional. Rakyat berpesta!
Berkaca dari pernyataan Habibie di media massa, Joko Widodo tidak dipersiapkan menjadi seorang presiden, tetapi lihatlah rakyat bersiap-siap menantinya sebagai pemimpin harapan. Pemimpin yang diiimpikan dapat membawa kemajuan, kebangkitan, dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sebagai Presiden yang baru, hasil dari kerja keras, kerja keras dan kerja kerasnya sudah dinanti oleh rakyatnya.
Sebagian Rakyat Hidup Dengan Kerentanan
Mantan Presiden ke-6, SBY berpendapat telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin, dari 14 % atau sekitar 32 juta jiwa pada tahun 2009, menjadi 11 % atau menjadi sekitar 28 juta jiwa pada Bulan Maret 2014 (sumber: baca disini). Klaim ini searah dengan pernyataan Kepala BPS, Suryamin bahwa jumlah penduduk miskin hingga Maret 2012 mencapai 29,13 juta jiwa. Lalu jumlahnya menurun menjadi 28,07 juta orang pada Bulan Maret 2013 (sumber: baca disini). Penurunan jumlah ini tak ayal diklaim menjadi prestasi bagi pemerintahan mantan Presiden SBY.
Namun, dibalik penurunan jumlah kemiskinan tersebut, sebagian rakyat Indonesia hidup dalam bayang-bayang kerentanan dan dapat terperosok kedalam jurang kemiskinan, disebabkan oleh semakin tingginya biaya hidup yang tidak ditopang dengan pendapatan yang mencukupi. Bank Dunia merilis pernyataan bahwa dua pertiga masyarakat Indonesia masuk dalam kategori miskin dengan kemampuan hidup yang serba pas-pasan (sumber :baca disini). MenurutNorman Loayza, Direktur World Development Report (WDR), mengatakan beban hidup masyarakat Indonesia yang tinggi tidak diimbangi dengan daya beli yang cukup, sehingga sebanyak 75 % masyarakat hanya mampu membiayai diri sebesar US$ 4 per hari. Jumlah tersebut dianggap rentan karena pengeluaran untuk membiayai hidup sehari-hari tidak sebanding dengan pendapatan penduduk. Apalagi berbagai kebutuhan perimer yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi rumah tangga semakin naik setiap tahun, seperti harga minyak, listrik dan gas.
Kenaikan BBM dan Nasib Rakyat
Menurut saya, Presiden yang baru ini harus memikirkan berbagai kebijakannya kelak, terutama keputusan yang sangat rentan terhadap nasib rakyatnya. Salah satu kebijakan yang rentan dan dapat membuat kondisi rakyat semakin terpuruk adalah menaikkan harga BBM. Presiden Joko Widodo beberapa kali memberi pernyataan pada media massa mendukung kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurutnya, hal tersebut harus dilakukan untuk mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN).
Seperti pemerintahan sebelumnya, dia menyatakan telah memikirkan dan akan memperhatikan nasib rakyat terutama golongan miskin atas dampak kenaikan BBM nantinya. Beliau akan memberikan subdisi bagi rakyat miskin, sasarannya antara lain subsidi bagi usaha kecil di kampung-kampung, menambah subsidi pupuk dan pestisida bagi petani, menambah subsidi solar, hingga modernisasi mesin kapal nelayan. Jokowi pun berjanji menjalankan program-program "pengalihan" subsidi BBM itu secara tepat sasaran.
Namun, apakah beliau mengetahui seberapa jauh dampak kenaikan dari BBM tersebut terhadap kondisi kehidupan rakyatnya? Bagaimana pun rakyatlah yang merasakan ketika kenaikan BBM secara langsung. Kenaikan BBM menggelinding seperti bola salju, menghasilkan dampak turunan lainnya. Ketika BBM naik, maka biaya angkutan naik, kebutuhan pokok semakin mahal,harga barang lainnya tak mau kalah meningkatkan harga jualnya. Sementara itu, secara bersamaan rakyat harus membayar listrik, membiayai pendidikan, dan berbagai kebutuhan hidup lainnya. Rakyat telah berpengalaman menghadapi efek kejut kenaikan BBM terhadap pengeluaran rumah tangga.
Wahai Presiden Kami yang Baru Tolong Pikirkan Rakyat Ketika Menaikkan BBM
Wahai presiden kami yang baru
Kamu harus dengar suara ini
Suara yang keluar dari dalam goa
Goa yang penuh lumut kebosanan
Walau hidup adalah permainan
Walau hidup adalah hiburan
Tetapi kami tak mau dipermainkan
Dan kami juga bukan hiburan
Turunkan harga secepatnya
Berikan kami pekerjaan
Pasti kuangkat engkau
Menjadi manusia setengah dewa
Wahai Pak Presiden, kehadiranmu disambut dengan pesta yang begitu meriah oleh rakyatmu. Ini bukan seperti pesta pernikahan artis yang tak bisa dihadiri semua golongan rakyat. Ini bukan pesta biasa, tetapi pesta dengan penuh harapan.
Wahai presiden kami yang baru ketika BBM dinaikkan kelak, tolong beritahu rakyatmu alasan kenaikan BBM sejelas-jelasnya, perhitungkanlah kemampuan rakyat golongan miskin yang hidup dengan kerentanan, jangan biarkan harga berbagai kebutuhan pokok naik dengan semena-mena, dan jangan pula kau berikan rakyatmu dengan janji-janji palsu. Wahai presiden, rasanya rakyat sudah bosan menunggu kehadiran manusia setengah dewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H