Mohon tunggu...
Ferly 'Peyi' Novriadi
Ferly 'Peyi' Novriadi Mohon Tunggu... -

Seorang pelaku industri kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Untuk Bangsaku Tercinta Yang Pelupa

23 Juni 2014   03:07 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:47 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masalah bangsa ini cuman satu.

Rakyatnya pelupa. Sangat pelupa.

Pendukung fanatik Jokowi yang sekarang ramai-ramai menghujat Prabowo karena dosa HAM masa lalu lupa kalau PDIP mengusung Prabowo sebagai Capres pada Pemilu 2009. Kader PDIP yang ikut-ikutan menghujat masalah HAM ini lebih parah lagi pelupanya.

Pendukung fanatik Jokowi juga lupa kalau beberapa aset negara dijual ke negara lain pada saat PDIP berkuasa.

Massa Islam pendukung fanatik Prabowo karena dianggap pilihan yang lebih Islami lupa kalau hampir semua Partai Islam yang kini berkoalisi dengan Gerindra dulu mengutuk Gerindra saat mengusung Ahok sebagai Cawagub DKI. Ingat sekeras apa Rhoma Irama, PKS, FPI, FBR dll berkoar-koar tentang aksi Gerindra yang menurut mereka sangat tidak sejalan dengan Hukum Syariah? Lihat di sisi mana mereka sekarang berdiri.

Bahkan Prabowo yang selalu berkoar tentang kebocoran aset lupa bahwa kebocoran itu adalah salah satu dosa performa Cawapresnya sendiri. Melengkapi kelupaannya, dia memuji pemerintahan SBY pada kampanyenya hari ini saat Partai Demokrat akhirnya bergabung dalam koalisi partainya.

Tanda tanya paling besar saya haturkan untuk seluruh partai Islam. Kalau memang tulus menjunjung tinggi nilai Islam dan menginginkan ditegakkannya Syariah, kenapa tidak bikin koalisi partai Islam? Meskipun dengan resiko kalah dalam Pilpres. Oh iya, Ruhut Sitompul yang sering mempertanyakan kemampuan Jokowi pun akan mendeklarasikan dukungannya kepada Jokowi.

Saya bukan Gajah, tapi saya tidak pelupa.

Jadi maaf kalau saya memutuskan untuk golput (lagi).

Karena tak ada satupun partai yang punya ideologi dan konsistensi.

Yang ada hanyalah hitung keuntungan, sudi merapat ke partai apapun walau berseberangan sikap asalkan memperbesar peluang berkuasa.

Selamat memilih kawan.

Selamat kecewa lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun