[caption id="attachment_320500" align="aligncenter" width="300" caption="Prabowo Subianto (Foto dok. Alex Palit)"][/caption]
Tak bedanya ajang mencari penyanyi berbakat betitel ‘The X Factor’, untuk memenangi kompetisi ini pesertanya tidak hanya cuma dinilai dari kepemilikan modal bakat bernyanyi, kemerduan suara atau pesona aksi panggungnya, justru ada satu hal lagi selain itu yang tak kalah penting yang malahan dianggap faktor penentu kemenangan yaitu kepemilikan ‘The X Factor’.
Kepemilikan ‘The X Factor’ yang dipunyai peserta kompetisi ini menjadi begitu menentukan karena justru inilah nilai lebih selain modal bakat bernyanyi, kemerduan suara atau pesona aksi panggungnya. Kepemilikan ‘The X Factor’ sebagai nilai tambah dan nilai lebih inilah yang harus dicari, ditemukan dan didapat dalam menentukan pilihan ‘Indonesia memilih Presiden’.
Begitu halnya di ajang Indonesia memilih presiden bertajuk Pemilihan Presiden (Pilpres), kepemilikan ‘The X Factor’ ini juga tak kalah pentingnya untuk dipunyai sang calon presiden (capres). Dalam Indonesia memilih presiden, keberadaan capres bukan cuma dilihat dari peringkat elektabilitas dan popularitas capres hasil simulasi survey atau jajak pendapat atau frekuansi kuantitatif tayangan iklan di media. Justru yang tak kalah pentingnya untuk dicemati yaitu kepemilikan ‘The X Factor’ capres tersebut sebagai presiden.
Seperti hal ajang kompetisi pencarian penyanyi berbakat ‘The X Factor’, modal suara boleh merdu, pesona aksi panggung boleh menawan, peringkat elektabilitas boleh teratas, peringkat popularitas boleh selangit, tapi adakah capres yang bersangkutan memiliki nilai lebih ‘The X Factor’ untuk menjadi seorang presiden dengan kriteria kepemimpinan yang dibutuhkan saat ini dan ke depannya.
Di tengah terjadinya krisis kepemimpinan, yang kita butuhkan saat ini adalah pemimpin yang memiliki ‘The X Factor’; tegas tidak pandang buluh, punya komitmen dan tidak mulur mungkret dalam penegakan hukum dan pemberantas korupsi, tidak korup. Dan juga yang tak kalah pentingnya yaitu mampu mengembalikan keamanan, kenyamanan, mengayomi dan memberi perlindungan jaminan keselamatan warga negara dari teror dan anarkisme. Kriteria kepemimpinan dengan ‘The X Factor’ ini yang kini dibutuhkan.
Ketiadaan ketauladanan, kewibawaan, dan ketegasan kepemimpinan dalam memegang dan menjalankan amanah. Banyak janji yang tidak ditepati, bahkan tak segan-segan berani melanggar sumpahnya sendiri. Krisis kepemimpinan membuat rakyat kehilangan kepercayaan terhadap pemimpinnya. Pemimpin yang seharusnya memberikan ketauladanan yang baik sebagai seorang guru yang diguguh dan ditiru justru kebalikannya memberi contoh yang tidak baik. Krisis kepemimpinan inipun kini berimbas pada krisis moral, dan korupsi pun kian merajalela.
Kita percaya, rakyat Indonesia sudah makin dewasa, cerdas, kritis, dan tidak bakal bisa dibodohi oleh bualan janji-janji manis yang mengawang bagai balon gelembung sabun, atau mau diblusukkan oleh tipuan simbolisasi politik pencitraan yang semata-mata sengaja dibangun untuk menyiasati dan mendongkrak popularitas guna meraup simpati dan suara.
Kita percaya, rakyat Indonesia sudah cerdas dalam menilai dan memilih, dan tidak bisa lagi dibodohi oleh ragam politik pencitraan yang hanya dibangun diperuntukkan mendongkrak popularitas ketokohan kandidat yang bersangkutan dengan berbagai ragam simbolisaasi politik pencitraan.
Di tengah terjadinya krisis kepemimpian dan krisis multidimensional lainnya yang kini melanda kehidupan berbangsa, berbangsa dan kehidupan sosial lainnya, kita pun diajak merenungkan kembali menyikapi situasi kondisi sosial politik jelang ‘Indonesia Memilih Presiden’.
Pertanyaan kita sekarang, adakah di antara nama-nama yang kini mengorbit di bursa capres Pilpres 2014, memiliki nilai lebih sebagai ‘The X Factor’ jelang “Indonesia Memilih Presiden – Pilpres 2014”? Semoga!
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H