[caption id="attachment_322137" align="alignleft" width="300" caption="Donny Fattah - God Bless (foto: Evan Antono)"][/caption]
Artikel ini hanyalah cuplikan tulisan dari buku yang sedang saya tulis “Rock Humanisme God Bless”. Sebagai penganut agama wahyu, kita mempercayai bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama ciptaan Tuhan. Lalu diciptakan Hawa sebagai pasangan hidup yang kemudian beranak-cucu hingga generasi kita. Kita adalah satu dari keturunan anak Adam.
Celakanya, kini agama yang sejatinya sebagai sumber pembawa semangat cinta kasih, persaudaraan dan pesan keselamatan bagi umat manusia sering dijadikan alasan pembenaran atas nama agama untuk melakukan tindakan kekerasan, sampai penghalalan perang sekalipun. Agama kinipun sering dipolitisir untuk tujuan kepentingan politik atau kekuasaan lainnya.
Sejumlah tindakan kekerasan sebagai pembenaran atas nama agama kinipun tak terelakkan. Kini pikiran menjunjung tinggi kemanusiaan sedang mengalami krisis dan ujian berat. Terlihat dengan jelas bagaimana korban-korban kekerasan atas nama ideologis agama berjatuhan. Teror bom sampai bom bunuh diri menjadi bagian dari penyebutan perjuangan di jalan Tuhan.
Kinipikiran yang menjunjung tinggi harkat kemanusiaan mengalami ujian, di mana nilai-nilai kemanusiaan telah terkoyak-koyak oleh ambisi dan kepentingan atas nama pribadi, kelompok, golongan dan ideologi. Hal ini yang kemudian memunculkan krisis humanisme seperti yang kita rasakan saat ini.
Di sini peran musisi tak lebih dari sekadar pewarta yang mencoba mengekspresikan tanda-tanda zaman dalam ungkapan bahasa lagu. Seperti terungkap pada lagu rock religius milik grup rock legendaris God Bless, berjudul Anak Adam, ciptaan Donny Fattah, berkisah tentang konflik kemanusiaan dilatarbelakangi oleh kepentingan ideologis.
Kau dan aku, kita semua anak Adam / Datang dari satu rahim / Namun kini kita saling mendendam / Ini semua karena faham / Iri dengki datang mendera / Fitnah memfitnah / Kinipun beraksi
Pemboman dengan membawa korban nyawa melayang, penghancuran dan perusakan harta benda atas nama kesucian agama menjadi teror kehidupan yang menakutkan. Benarkah kita saat ini sebagai Anak Adam sudah kehilangan fitrah kemanusiaan kita sebagai manusia berakal, berbudaya dan beradab hidup dalam ketidakmanusiawian yang kita ciptakan sendiri atas nama pembenaran diri sendiri dan ideologis yang dianutnya?
Di sini peran musisi tak lebih dari sekadar pewarta yang mencoba mengekspresikan tanda-tanda zaman dalam ungkapan bahasa lagu; Dengarkanlah hai kau anak Adam / Hanya nada yang kami nyanyikan / Semoga akan kau dengar..!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H