Dalam rangka menyambut Hari Sumpah Pemuda ke 90, dengan bersemangatkan "Berdamai Dengan Alam", Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN) akan menggelar mbolang nasional yaitu mbolang -- mbobol alang-alang golek pring unik -- yang dilakukan secara serentak dimanapun di sejumlah wilayah Indonesia pada hari Minggu, 28 Oktober 2018.
KPBUN adalah wadah komunikasi pencinta bambu dan kolektor bambu unik yang kini beranggotakan lebih dari 25.000 tersebar di seluruh Nusantara.
Apa itu bambu unik, makna dan filosofinya? Di kalangan pencinta dan pengaji deling KPBUN, selain memiliki sentuhan artistik sebagai karya cipta seni alami, keberadaan bambu unik juga dinilai mengandung muatan simbol-simbol atau bahasa tanda yang tersembunyi didalamnya.
Simbol-simbol, bahasa tanda, atau kandungan pesan didalamnya inilah yang kemudian untuk dibaca dan diterjemahkan oleh manusia sebagai kitab tanpo waton, tanpo tinulis neng diwoco (kitab tak terlihat, tidak ditulis tapi bisa dibaca) yang memuat pesan dari gambaran simbol-simbol atau bahasa tanda yang ada.
Dalam khasanah budaya, oleh leluhur nenek moyang kita keberadaan bambu-bambu unik dipakai sebagai sarana ajaran budi pekerti sebagai kitab nyoto seng alami sejareno laku urip, kitab nyata yang alami sebagai pedoman hidup.
Lewat ngaji deling ini pula kita diajak membaca bahasa tanda berupa pesan simbolik dari setiap spesifikasi keunikan bambu unik yang terbentuk secara alami untuk kemudian diterjemahkan. Membaca bambu mengungkap makna.
Lewat simbol-simbol atau bahasa tanda ini kita diajak membaca, menterjemahkan dan memberi arti dari makna pesan yang tersembunyi didalamnya untuk kemudian dipahami oleh tindakan batin atau pengalaman batin, dan kemudian dimaknai lebih jauh lagi dalam tindakan di tengah kehidupan.
Seperti halnya pada bambu kurung, adapun spesifikasi bentuk keunikan bambu kurung ini  merepresentasikan simbolisasi mikul duwur mendem jero yaitu mengajarkan kita untuk senantiasa mengangkat kebaikan sesorang dan mengubur sedalam-dalamnya keburukan.
Pada intinya bahwa apa yang tersurat dan tersirat dari bambu kurung ini tak lepas dari keberadaan diri kita sendiri, yang mana semua itu yang untuk membentuk jiwa kita untuk menjadi lebih baik, menghindari diri sifat yang tercela dan selalu mawas diri.
Dari filosofi mikul duwur mendem jero ini pula mengajarkan hendaknya kita untuk senantiasa berprilaku mawas diri ke diri sendiri sebelum menjalankan sesuatu atau mengatakan sesuatu. Karena dalam kehidupan itu ada yang namanya berputarnya karma hukum alam yaitu becik ketitik ala ketara.
Lewat mikul duwur mendem jero ini pula juga mengajarkan kita untuk senantiasa andap asor, ojo dumeh, ojo adigang -- adigung -- adiguno, ojo rumongso iso -- ning iso rumongso. Itulah pesan alamiah dari bambu kurung.