Keberadaan "Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara" (KPBUN) yang kini anggotanya sudah lebih dari 21 ribu bukanlah sekadar wadah komunikasi bagi pecinta dan kolektor bambu unik untuk memajang hasil mbolang yaitu berburu bambu unik.
Lewat wadah ini kita pun semakin banyak mengenal dan diperkenalkan keaneka-ragaman bambu unik dengan segala spesifikasi keunikan masing-masing yang tak ada duanya.
Di sini pula akhirnya kita diperkenalkan dengan apa yang disebut ngaji deling yaitu membaca bambu mengungkap makna dari apa dan yang tersirat dibalik keunikan bambu unik tersebut.
Dari sini pula kita akan diajak mengenal dan diperkenalkan lebih jauh apa dan siapa bambu unik lewat ngaji deling, membaca bambu, membaca bahasa tanda, mengungkap makna -- apa dan siapa bambu unik.
Adapun keunikan alami bambu-bambu inipun kita sebut sebagai kitab tanpo waton, tanpo tinulis neng diwoco (kitab tak terlihat, tidak ditulis tapi bisa dibaca) yang memuat pesan dari gambaran simbol-simbol atau bahasa tanda yang ada.
Lewat Ngaji Deling ini pula kita diajak membaca bahasa tanda berupa pesan simbolik dari setiap spesifikasi keunikan bambu unik yang terbentuk secara alami untuk kemudian diterjemahkan. Membaca bambu mengungkap makna.
Lewat simbol-simbol atau bahasa tanda ini kita diajak membaca, menterjemahkan dan memberi arti dari makna pesan yang tersembunyi didalamnya untuk kemudian dipahami oleh tindakan batin atau pengalaman batin, dan kemudian dimaknai lebih jauh lagi dalam tindakan di tengah kehidupan.Â
Dalam khasanah budaya, ngaji deling inipun oleh leluhur nenek moyang kita dipakai sebagai sarana ajaran budi pekerti sebagai kitab nyoto seng alami sejareno laku urip, kitab nyata yang alami sebagai pedoman hidup.
Dari bahasa simbol-simbol atau bahasa tanda yang tersirat di bambu unik inipun kita diperkenalkan dengan simbolisasi makna dan nilai-nilai yang terkandung, tersurat dan tersirat didalamnya sebagai sarana pedoman ajaran budi pekerti.Â
Bahkan banyak pula bahasa simbolik kearifan-kearifan lokal pedoman hidup warisan budaya nenek moyang yang kita kenal hingga kini direpresentasikan seperti di penamaan pada bambu unik.
Itulah uniknya bambu unik. Selain memiliki nilai artistik sebagai karya seni alami, bambu-bambu unik ini juga tersembunyi simbol-simbol atau bahasa tanda yang berisi "pesan-pesan SangHyang Alam" yang harus dibaca oleh manusia sebagai kitab tanpo waton, tanpo tinulis neng diwoco.
Menurut filsuf eksistensi Karl Jasper, bahasa tanda ini yang disebutnya sebagai chiffer. Adapun chiffer itu sendiri adalah bahasa tanda yang bisa berupa tanda-tanda rahasia yang ditulis oleh "SangHyang Alam" yang masih tersembunyi bahkan diliputi misteri yang harus dicari sendiri dan dibaca oleh eksistensi manusia itu sendiri, kendati itu berupa dari sepotong bambu unik.
Di mana ngaji deling ini kita pun akan terus diantarkan pada ngaji roso dan ngaji diri kepada kesejatian diri kita sendiri. Sampai pada akhirnya akan menuntun kita pada yang disebut oleh sebagai perjalanan spiritual "memahami sejatinya diriNya".
Menurut pengaji deling KPBUN Umi Badriyah, adapun inti dari ngaji deling adalah memahami jatidiri kita yaitu ngaji diri. Ora bakal ngerti gustine lamuto ndak ngerti jatidirine. Makanya dalam konteks pemahaman tentang ketuhanan sangatlah penting mengenal dulu jatidiri kita yaitu ngaji sangkan paraning dumadi.
Alex Palit, penyuka dan kolektor bambu unik, pendiri dan admin Komunitas Pecinta Bambu Unik Nusantara (KPBUN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H