Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Kang Dedi Mulyadi, Salam Asah Asih Asuh

28 Desember 2017   23:25 Diperbarui: 28 Desember 2017   23:27 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dedi Mulyadi (Foto dok Tribunnews)

Sampurasun kang Dedi Mulyadi! Di sini akhirnya saya sangat mengapresiasi masuknya nama Dedi Mulyadi di kontestasi Pilkada Jabar 2018, terlebih lagi semoga nantinya Bupati Purwakarta ini masuk diurutan cagubnya, terlepas dari Partai Golkar sebagai pengusungnya nanti akan berkoalisi dengan parpol siapa pun itu.

Di sini saya juga tidak ingin mengulas dinamika politik atau kosensi tawar-menawar  bargaining position pencalonan cagub dan cawagub Pilkada Jabar 2018 antar parpol yang terus bergulir, termasuk nantinya Dedi Mulyadi akan dipasangkan dengan siapa, begitupun dengan paslon lainnya.

Sebagaimana judul tulisan, di sini saya sangat tertarik dengan makna filosofi 'Sampurasun' yang pernah dipaparkan putra Pasundan, kang Dedi Mulyadi, prihal apa itu 'Sampurasun'.

Dijelaskan, 'Sampurasun' itu sendiri merupakan ucapan salam khas masyarakat Sunda, berasal dari kata sampurna ning ingsun yang bermakna sempurnakan diri anda. Yang mengartikan bahwa 'Sampurasun' ini sebuah ucapan salam yang mengajak pada diri sendiri dan orang lain yang disapa salam untuk menyempurnakan diri.

Lewat kata atau salam 'Sampurasun' juga mengajak agar orang yang berucap dan disapa untuk bisa mengoreksi seluruh kesalahan yang dimiliki untuk kemudian memperjuangkan keberanaran yang akan diwujudkan.

Tata cara pengucapan 'Sampurasun' dilakukan sambil membungkukan badan dan kedua telapak tangan disatukan dalam posisi berada tepat di depan perut.

Menurut Ketua DPW Partai Golkar - Jabar, membungkuk itu adalah sebuah bentuk kesahajaan orang Sunda dalam memberi penghormatan pada sesama. Sementara tangan yang menyatu memiliki makna filosofis berupa kesempuranaan hidup manusia.

Salam 'Sampurasun' inipun akan dijawab dengan 'Rampes' yang berarti membuka pintu hati saling menghormati atas salam-salaman tersebut.

Susah tentu sebagai putra Pasundan, pria kelahiran Subang, 11 April 1971, mengaku sangat lekat dengan budaya Sunda. Tak heran bila dalam kesehariannya,  mulai dari penggunaan pakaian, sikap dilandasi nilai-nilai budaya Sunda. Termasuk salah satunya yaitu pengucapan salam 'Sampurasun', yang ia lakukan untuk menunjukkan jatidirinya sebagai orang Sunda.

Sebagai putra Pasundan, Bupati Purwakarta yang kini ikut berlaga di kontestasi Pilkada Jabar 2018, dalam kehidupannya tidak lepas dari pengaruh nilai-nilai budaya lokal di mana ia lahir dan dibesarkan. Termasuk dalam mengamalkan nilai-nilai kearifan lokal budaya leluhur.

Baginya memperkenalkan budaya Sunda tidaklah hanya berupa dengan pengucapan salam 'Sampurasun' atau pemakaian ikat kepala khas Sunda. Juga bagaimana menjaga, merawat, melestarikan dan mengamalkan nilai-nilai kearifan lokal budaya adiluhung warisan leluhur yaitu asah, asih, asuh ajaran Prabu Siliwangi mengajarkan kita untuk saling mengasah, saling mengasihi dan saling mengasuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun