Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Siapa Kuda Tunggangan, Penunggang Kuda, dan Siasat Perang "Kuda Troya"

4 November 2016   10:10 Diperbarui: 4 November 2016   10:14 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tulisan ini saya sengaja tidak mengawali dengan intro membaca bambu mengungkap makna apa dan siapa bambu unik berbentuk “Kuda” ini. Langsung saja saya inginto the pointmenjurus pada judul artikel; Antara Siapa Kuda Tunggangan, Penunggang, dan Siasat Perang “Kuda Troya”.

Seperti banyak disebut dalam kajian politik bahwa kuda itu sebagai simbol kendaraan atau tumpangan. Dalam hal ini peNgaji Deling Buchori Joe Sy, menerawang bahwa “Deling Kuda” itu sebagai sebuah semiotik, tanda. Dan insting memunculkan simbol “Deling Kuda” sebagai gambaran keadaan yang sedang terjadi.

“Kuda diibaratkan sebagai mobilitas, secara politis bisa diartikan sebagai penggalangan massa secara besar-besaran di luar koridor pemerintahan. Ada kuda berpelana pasti ada penunggangnya,” kata Buchori. “Cuma siapa penunggangnya?” katanya lebih lanjut dalam tanda tanya.

Dari pernyataan hasil terawangan politik Pak Ustad KPBUN inipun memunculkan pertanyaan kepada apa dan siapa “Kuda Tunggangan”, “Penunggang Kuda”, dan satu lagi pertanyaan berikutnya adakah di balik semua itu ditunggangi adanya siasat perang “Kuda Troya” yaitu berupa penyusupan kekuatan demi sebuah kepentingan politik pragmatis.

Sementara dalam setiap peristiwa politik tidak berdiri sendiri, pasti ada pemain yang berrmain yang berdiri di balik rentetan peristiwa itu yang saling terkait dan menguntai. Pemain yang bermain di balik semua itu disebutnya sebagai aktor intelektual. Jadi bukanlah hal mustahil bila di sini aktor intelektuanya itu sebagai penunggangnya.

Di sini kita akan dengan mudah bisa menebak kepada apa dan siapa yang menjadi kuda tunggangannya. Karena kuda tunggangan itu kasat mata.

Sementara penunggang kudanya sebagai aktor intelektual cukup mengendalikan dari jarak jauh dengan remote controlnya. Dengan remote controlnya, sang aktor intelektual ini mengendalikan kuda tunggangannya dimainkan menjadi kuda lumping yang kesurupan sesuai aktraksi permainan yang diinginkan.

Dan bukan tidak mungkin di antara kuda tunggangan dan penunggang kuda masuk penyusupan siasat perang “Kuda Troya” bermain untuk kepentingan politik pragmatis yang diharapkan, dimaui, dan jadi targetnya.

Pastinya dari amatan ini kita diajak membaca dan bersikap kritis, termasuk mengatisipasi dan mewaspadai arah permainan politik antara kuda tunggangan, penunggang kuda, dan siasat perang “Kuda Troya”, mau dibawa ke mana? Karena jangan sampai kita terjerumus terjebak dalam permainan politik yang hasilnya malah merusak tatanan bangunan demokrasi demi ambisi politik penunggang kuda.     

Dan tulisan ini hanyalah sekadar hasil terawang Ngaji Deling membaca bambu mengungkap makna apa dan siapa dari pesan yang sempat tersirat dari “Deling Kuda” jelang gebyar hiruk-pikuk pentas demo 4 Nopember 2017. Wallahua’lam!(Alex Palit)

Alex Palit, peNgaji Deling, Pemimpin Redaksi Bambuunik.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun