Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Survei Opinion Leader dan Penolakan Pencapresan Prabowo

3 Januari 2014   02:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_303378" align="alignleft" width="300" caption="Prabowo Subianto (Foto: Alex Palit)"][/caption] Jelang digelarnya perhelatan Pilpres 2014 boleh dibilang menjadi musim panen bagi lembaga survei untuk berlomba melakukan dan melansir hasil penelitiannya yang menyoal Capres 2014. Entah hasil survei tersebut dilakukan secara independen atau merupakan pesanan untuk mengkatrol elektabilitas capres tertentu. Hal ini terbukti dari beragam hasil survei yang dilansir oleh masing-masing lembaga survei tersebut, di mana hasilnya satu sama lainnya beda, tumpang tindih, bahkan ada yang bertolak belakang.

Apapun muatan politis yang terkandung di balik survei atau jajak pendapat yang dilakukan lembaga survei menyoal Capres 2104 ini pada intinya hanyalah sebuah simulasi politik yang lebih diperuntukkan pada pembetukan opini publik yang intinya mengarah pada pencitraan diri capres tertentu. Tergantung siapa yang akan dicapreskan.

Sebagaimana kata pepatah; lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Begitu pun hasil survei capres inipun tergantung lembaga survei untuk digiring ke mana, dan demi kepentingan apa dan siapa.

Di sini hendaknya masyarakat agar tidak terpedaya oleh permainan simulasi politik atas nama survey yang tak lain inti di balik semua itu adalah untuk menggiring opini publik dan mengkatrol elektabilitas capres tertentu.

Apalagi jika survei itu hanya diwakili segelintir responden yang mengatasnamakan diri sebagai opinion leaders yang begitu canggih berwacana, beropini dan berinterpretasi memainkan pembentukan opini publik, yang belum tentu opininya tersebut merespresentasikan pendapat dan pandangan masyarakat kebanyakan dan keseluruhan.

Yang pasti opinion leaders bukan berarti public opinion. Karena opinion leaders keterwakilannya lebih hanya mewakili segelintir atau sekelompok orang tertentu, sehingga opininya pun belum tentu merespresentasikan pendapat dan pandangan masyarakat kebanyakan pada umumnya.

Begitu halnya kalau kita mempercayai – atau malah tidak mempercayai sama sekali – kredibiltas hasil sebuah survei yang dilakukan oleh Laboratorium Psikologi Politik – Universitas Indonesia (LPP-UI), ketika menyoal “Survei Opinion Leader Mencari Lawan Jokowi”. Di mana salah satu poin hasil survei tersebut menyebut penolakan terhadap pencapresan Prabowo Subianto menduduki peringkat pertama. Di urutan berikutnya capres yang ditolak Rhoma Irama, Aburizal Bakrie, dan berikut-berikutnya.

Lalu bagaimana jika hasil “Survei Opinion Leader Mencari Lawan Jokowi” yang menyoal pencapresan Prabowo tersebut disandingkan dengan akun publik facebook Prabowo Subianto yang meraup jumlah fans & likes mencapai 3,7 juta lebih, jauuuh melampaui kelipatan akun facebook capres lainnya. Bahkan sebagai media sosial, nilai elektabilitas maupun popularitas akun publik jejaring sosial facebook mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad ini jauh mengunguli capres yang dijagokan di survei LPP-UI.

Yang pasti tulisan ini bukan dilansir dari hasil survey. Tapi sekadar untuk mencoba menyandingkan kredibilitas hasil sebuah survei yang menyoal Capres 2014 sebagaimana dilansir “Survei Opinion Leader Mencari Lawan Jokowi” dengan sebuah akun publik jejaring sosial facebook Prabowo Subianto, atas penolakan pencapresan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Di mana dari sini kita menyimpulan bahwa antara opinion leaders dengan opini publik tidak nyambung, bahkan bertolak belakang.

Jadi kalaupun kemudian hasil survei opinion leaders LPP-UI atas penolakan terhadap pencapresan Prabowo disandingkan dan ditandingkan dengan opini publik di akun publik facebook Prabowo Subianto jelas tidak sebanding.

Benarkah atau jangan-jangan atas penolakan pencapresan Prabowo sebagaimana salah satu poin hasil “Survei Opinion Leader Mencari Lawan Jokowi” yang dilansir LPP-UI diperuntukkan pembentukan opini publik untuk mengkatrol capres tertentu sebagaimana tersirat di hasil survei tersebut. Itu saja yang akhirnya bisa kita simpulkan dari survei LPP-UI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun