Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Membaca Bambu Mengungkap Makna

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Ketum PPP Bersikeras Capreskan Prabowo

22 April 2014   10:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:21 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_320944" align="alignleft" width="300" caption="PSD - SDA (foto dok. tribunnews.com)"][/caption]

Terlepas gonjang-ganjing yang kini menerpah tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP), lantaran dipicu oleh pernyataan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (SDA) yang mati-matian mendukung pencapresan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto Djojohadikusumo (PSD) di Pilpres 2014, sudah tentu pasti ada yang mendasari. Tidak asal jeplak. Sebagaimana dinyatakan di depan puluhan ribu massa saat partai berlambang kepala burung garuda ini gelar kampanye di Gelora Bung Karno (GBK) – Jakarta, bahwa PSD dinilai adalah sosok pemimpin yang tepat untuk membawa Indonesia ke arah perubahan yang lebih baik.

Sudah tentu pastinya pernyataan ini tidak asal jeplak atau basa-basi politik. Sebagai politisi dan ketua umum partai politik pastinya SDA punya pertimbangan matang jauh menatap ke depan, jauh di luar pragmatisme politik jangka pendek untuk kepentingan bagi-bagi sedekah kekuasaan atau jabatan menteri.

Sebagai politisi dengan wawasan berpikir tentang negara dan bicara tentang negara, pastinya SDA sudah punya pertimbangan matang dan penilaian terhadap figurisasi ketokohan PSD sebagai sosok pemimpin yang dianggap mampu membawa perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. Makanya jauh-jauh hari Ketum PPP sudah menyatakan dukungan terhadap pencapresan PSD. “Kepentingan bangsa di atas segala-galanya,” tegas SDA dalam deklarasi dukungan terhadap pencapresan PSD di kantor DPP PPP, Jakarta (18/4).

Pernyataan SDA, kepentingan bangsa di atas segala-galanya, ini harus kita digarisbawahi. Sudah saatnya elit politik berpikir dan berbicara kepentingan bangsa di atas segala-galanya. Bukan lagi berpikir dan bicara sikut-sikutan berebut perolehan kekuasaan atau jabatan. Suara rakyat jangan digadaikan untuk kepentingan politik pragmatis lewat cara-cara transaksional politik dagang sapi. Rakyat bisa marah.

Pernyataan SDA, kepentingan bangsa di atas segala-galanya, di sini mengisyaratkan sekaligus mengkritisi adanya sinyalemen adanya politik jual suara dan politik dagang sapi di balik lobi-lobi politik dalam mencari partner berkoalisi. Makanya dengan secara tegas Ketum PPP mengatakan bahwa dukungannya terhadap pencapresan mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad ini secara ikhlas, tanpa mahar, termasuk tidak ada mahar yang harus dibayar kepada PPP kelak jika PSD terpilih jadi presiden. Sikap politik Ketum PPP ini sebagai wujud ekspresi politik kenegarawanannya bahwa saatnya kepentingan bangsa di atas segala-galanya.

Sayangnya niat ikhlas dan tanpa mahar atas dukungannya terhadap pencapresan PSD ini disikapi dengan tidak sejalan oleh sejumlah elit politik di internal tubuh PPP. Meski posisinya digoyang, tapi setidaknya ditengah terjadinya akrobatika politik dan lobi-lobi penggalangan partner koalisi ada catatan penting yang perlu kita garisbawahi dari penyataan SDA, kepentingan bangsa di atas segala-galanya. Sikap politik ini yang ingin dipertaruhkan oleh Ketum PPP, meski dirinya kemudian harus digoyang oleh sejumlah elit politik partainya lantaran tidak sepikiran dan sejalan.

Dari pernyataan kepentingan bangsa di atas segala-galanya, kita diingatkan oleh SDA bahwa di tengah terjadinya krisis kepemimpinan dan krisis multidimensional lainnya yang kini melanda kehidupan berbangsa dan bernegara, sudah saatnya elit politik partai untuk berpikir dan bicara bangsa di atas segala-galanya. Kenapa Ketum PPP bersikeras capreskan PSD, menurutnya bahwa Prabowo adalah sosok pemimpin yang tepat untuk membawa Indonesia ke titik yang lebih baik. Begitu ya Pak SDA?!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun