Mohon tunggu...
Cokie Sutrisno
Cokie Sutrisno Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta blogging

Barlingmascakeb

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedekah Laut Cilacap di Tengah Penolakan Sekelompok Masyarakat

13 Oktober 2018   06:32 Diperbarui: 13 Oktober 2018   07:39 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bupati Tato :" Cilacap itu Kota Kondusif dan selalu hormati budaya, sedekah laut sebagai bentuk rasa syukur melalui budaya adat".

Cilacap - Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap bersama DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Cilacap menggelar Prosesi Adat Sedekah Laut, Jumat (12/10/2018).

Pada prosesi kali ini, tokoh Adipati Tjakrawerdaya III yang mengawali tradisi Sedekah Laut diperankan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Cilacap Wijonardi. Sedangkan tokoh Tumenggung Duto Pangarso diperankan Tukiran, guru salah satu SD di Kabupaten Cilacap.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Pergelaran ini diikuti nelayan seluruh Cilacap dan disaksikan ribuan masyarakat di sepanjang jalur yang dilewati arak-arakan jolen, yakni Pendopo Kabupaten Cilacap, Jalan A Yani, Letjen Sutoyo, menempuh jarak sekitar 3 km, untuk kemudian dilarung di Pantai Teluk Penyu, Cilacap.

BACA JUGA : Muncul Spanduk Penolakan

Ada 10 jolen yang akan dilarung, yaitu 1 jolen tunggul dari Pemkab Cilacap, 1 jolen dari HNSI Cilacap, dan 8 jolen masing-masing dari rukun nelayan Cilacap, yaitu Sentolokawat, Tegalkamulyan, PPSC, Pandanarang, Bengawan Donan, Sidakaya, dan Lengkong.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Rangkaian acara Sedekah Laut diawali dari prosesi penyerahan jolen tunggul kepada sesepuh nelayan.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Cilacap Murniyah menjelaskan, Sedekah Laut di Cilacap merupakan salah satu agenda yang terdaftar dalam Calendar of Event Pariwisata Provinsi Jawa Tengah. Dan pelaksanaannya rutin setiap tahun pada hari Jumat Kliwon di bulan Sura, sesuai perhitungan kalender Jawa.

"Sedekah Laut sebenarnya event budaya seremonial. Ibarat kita melihat sesuatu di zaman dulu yang diadakan saat ini. Sehingga kami berharap hal ini murni dilihat dari aspek budaya, jangan dicampuradukkan dengan agama," kata Murniyah.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Terkait pelaksanaannya, Murniyah menandaskan cukup meriah meski sehari sebelum pelaksanaan muncul spanduk/banner dari sekelompok masyarakat yang isinya menolak adanya Sedekah Laut.

Juga dia mengatakan bahwa event ini mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Tahun ini, PAD dari sektor pariwisata ditarget Rp 2,6 miliar dan telah terpenuhi sekitar 93 persen.

Sisa waktu 3 bulan, menurutnya, cukup untuk menutup target tersebut.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
"Kami optimis, tahun lalu target Rp 2,5 miliar juga tercapai. Tahun ini, dari target Rp 2,6 miliar sudah tercapai 93 persen. Insya Allah, Oktober, November, Desember, sudah tercapai," imbuh Murniyah.

Sementara itu, Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji meminta tiap kelompok masyarakat menghormati Sedekah Laut sebagai warisan budaya di Cilacap.

Sebab, Pancasila sebagai dasar ideologi bangsa Indonesia menghormati dan menjamin kebebasan tiap warga negara untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing. Dengan demikian, kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Cilacap dapat terjaga.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Juga dikatakan, kita hormatilah, kita berpegang pada Pancasila dan UUD 1945. "Di Cilacap kan kondusif, tidak ada yang mengganggu ritual tiap agama. Ini pun bermuara pada Ketuhanan Yang Maha Esa, hanya caranya yang berbeda, dan kita tidak boleh saling menyalahkan," tegas Bupati.

Terpisah, Ketua HNSI Kabupaten Cilacap Sarjono mengatakan, Sedekah Laut kali ini menelan dana sekitar Rp 50 juta lebih.

"Dana itu berasal dari iuran tiap anggota rukun nelayan dan bantuan dari Pemkab Cilacap per jolen Rp 4 juta dikalikan 9 jolen," ucapnya, Jumat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Menurut Sarjono, pelaksanaan Sedekah Laut tahun ini lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya, meski sehari sebelumnya muncul spanduk/banner yang menolak Sedekah Laut.

"Nelayan saat itu sempat bereaksi keras. Tetapi saya katakan jangan terpancing. Kita harus konsentrasi terhadap pelaksanaan Sedekah Laut saja. Sehingga tidak membuat keruh suasana," imbuhnya.

Terkait adanya perubahan-perubahan dalam pelaksanaan prosesi yang disesuaikan dengan situasi kekinian, Sarjono mengatakan tidak masalah asal pakem inti dari Sedekah Laut tidak berubah.

Yang penting, menurutnya adalah penetapan hari dan tanggal pelaksanaan mengacu kepada perhitungan yang sesuai serta berdasarkan kesepakatan semua pihak. (Red/E)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun