Mohon tunggu...
Ikhwan Wahyudi
Ikhwan Wahyudi Mohon Tunggu... Administrasi - membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

membaca menambah wawasan, menulis menuangkan pemikiran, berdiskusi mengasah gagasan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Film Belum Mulai Komentar Sudah Di Ujung

27 Oktober 2014   21:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:32 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah pengumuman Kabinet Kerja oleh Presiden Jokowi pada Minggu (26/10) sebenarnya yang lebih menarik bukan soal siapa yang ditunjuk sebagai menteri. Namun, yang paling menarik kita cermati adalah bagaimana komentar publik terhadap orang-orang yang dipilih presiden jadi pembantunya.
Tentu saja komentar yang paling asyik untuk dicermati adalah di media sosial karena setiap orang bebas menyampaikan pandangannya terkait kabinet yang diumumkan dengan seragam putih hitam itu.
Harap maklum mengutip ucapan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Indonesia ini apa yang tidak dikomentari orang. "Sebagai pejabat publik kalau kita berhasil dikomentari apalagi gagal," kata Jusuf Kalla. Oleh sebab itu salah satu konsekuensi menjadi pejabat publik adalah harus siap untuk dikomentari masyarakat mulai soal yang kecil seperti warna baju hingga terkait kebijakan yang dikeluarkan.

Seperti sudah diduga sebelumnya ada sejumlah nama yang akan menjadi bahan komentar bahkan lebih ekstrem bahan buly dimedia sosial. Mereka adalah Rini Soemarno yang ditunjuk sebagai Menteri BUMN, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menteri Koodinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

Tapi dari semua itu saya coba mengulas dua nama saja yaitu pemilik maskapai Susi Air dan anak kandung mantan presiden Megawati, Puan Maharani.

Saya pernah beberapa kali bertemu dengan Susi Pudjiasti dan kesan yang dapat ditangkap adalah ia seorang pekerja keras yang gigih dan ulet. Komentar sinis yang saya jumpai tentang Rini adalah soal pendidikannya yang katanya hanya tamat SMP. Selain itu ada juga saya temukan tulisan sinis ia memiliki tiga suami (sadis sekali dunia maya kita) dan ternyata setelah dilakukan riset online beliau pernah menikah tiga kali bukan bersuami tiga sekaligus. (semoga yang fitnah dan ikut menyebar diampuni dosanya).

Oke guys, kita bahas soal pendidikannya. Tentu saja menyandang status jadi menteri dengan ijazah SMP membuat ia jadi bahan hujatan di media sosial. Namun sudah bisa ditebak kok siapa yang membuly, tanggapan seseorang  terhadap Jokowi dan kabinet mencerminkan siapa pilihan presidennya saat pilpres, jadi saya tidak perlu menjelaskan lagi, pokoknya ISIS (Ini Salah Itu Salah).

Oke mari buka mata lebar-lebar ya. Ini bukan soal membela figur atau tidak, orang yang menghujat Susi karena hanya tamat SMP sehingga tidak layak jadi menteri perlu belajar untuk tidak berpikiran picik memandang prestasi orang hanya dari tingkat pendidikan.

Setelah saya renungi wajar banyak yang protes, alasannya  sederhana banyak yang capek-capek kuliah sampai tujuh tahun ikut tes CPNS malah tidak lulus-lulus. Ini orang kelewatan cuma pakai ijazah SMP malah diangkat jadi menteri atasannya para PNS.

Maaf kata (jangan tersinggung ) betapa banyak mereka yang sudah sarjana hari ini selepas wisuda menenteng ijazah S1 hilir mudik mencari  kerja kesana kemari. Ingat SARJANA ya tidak salah tulis. Sementara, tahukah Susi dengan ijazah SMP yang dimiliki telah menjadi juragan pesawat dari Pangandaran pemilik 37 pesawat terbang yang harga sewanya 10.000 dollar (Rp100 juta) AS per hari.

Walaupun saya tidak  merokok dan tidak suka melihat ia kemaren merokok sambil diwawancara karena kurang etis namun menghujat orang karena jenjang pendidikannya adalah bentuk kejumawaaan akibat sempitnya pola pikir kita.Sulit dibayangkan jika Sushi dengan tamat SMP saja capaian hidupnya sudah bisa jadi pengusaha sukses hingga jadi menteri kalau ia tamat S1 mungkin levelnya bukan menteri lagi malah Sekjen PBB kali ya.

Mungkin melihat orang seperti itu jadi menteri para profesional di bidang kelautan dan perikanan yang bahkan bertitel doktor akan berkata "sakitnya tuh disini". Namun yang perlu digarisbawahi adalah ini soal nasib dan garis tangan. Tentu saja Susi adalah sosok tidak sempurna yang harus dikawal bahkan terus dikritisi.

Namun pesan moral yang bisa kita ambil adalah ada banyak hal yang dipelajari orang di bangku kuliah, namun pada sisi lain ada banyak orang yang telah menerapkan semua ilmu yang dipelajari di perkuliahan tanpa harus ikut menjadi mahasiswa. Salah satu contoh konkret seperti ibu Susi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun