Mohon tunggu...
Pevita Septiadi
Pevita Septiadi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

UKT Mahal Mahasiswa UPI Terancam Cuti Paksa

16 Januari 2014   15:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disini saya tidak ingin banyak basa-basi, saya hanya ingin berbagi dan bercerita sedikit mengenai mahalnya biaya kuliah atau yang saat ini disebut dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Saya sebagai mahasiswa yang baru menginjak dunia perkuliahan merasa sangat diberatkan sekali dengan adanya sistem UKT, terutama yang saya keluhkan dan sangat tidak habis pikir kenapa biaya kuliah atau UKT di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) mahalnya selangit? Sedangkan yang saya lihat dan saya ketahui bahwa di universitas lainnya saja tidak terlalu memberatkan mahasiswa-mahasiswanya. Ya, saya adalah salah satu mahasiswa yang memilih melanjutkan pendidikan di UPI, tetapi jika begini kronologisnya saya tidak akan memilih UPI sebagai tempat melanjutkan pendidikan.
Menurut pandangan dari kacamata saya, UPI sangat memberatkan mahasiswanya dalam menurunkan UKT atau bisa juga disebut dengan advokasi. Sedangkan universitas sebelah saja tidak ada masalah dan pikir panjang dalam menurunkan UKT untuk mahasiswanya jika mereka merasa tidak cocok dengan uang yang ada dikantong orang tua mereka. Saya mencoba berbicara secara objektif dan tidak berfokus pada satu pihak saja, karena selain saya yang merasa sangat keberatan, teman-teman saya juga sangat merasa diberatkan dengan keadaan ini. Bayangkan saja jika orangtua kami harus mengeluarkan uang Rp 6.450.000 setiap semesternya, walaupun tidak semua dan ada juga sebagian lainnya yang dikenakan biaya UKT sebesar Rp 4.450.000 per semester. Tentu keadaan ini menjadi shock terapy bagi kami yang tingkat ekonominya menengah kebawah, karena uang yang dikeluarkan orangtua saya tidak hanya untuk saya semata melainkan juga untuk saudara-saudara kandung saya yang lainnya.
Saya tidak berharap lebih dari cerita yang sudah saya sampaikan ini, saya bahkan sudah mengajukan penurunan UKT kemana-mana bahkan sudah sampai ke rektornya. Tetapi apalah daya nasi sudah menjadi bubur, UKT saya tetap tidak bisa diturunkan. Terlebih sedihnya lagi bahwa hanya saya dan teman-teman saya yang di UPI saja yang sangat sulit menyampaikan aspirasinya, sedangkan teman-teman saya yang berada di universitas berbeda bahkan tidak direpotkan sama sekali mengenai masalah biaya UKT.
Disini saya hanya butuh telinga yang mendengar, mata yang melihat, serta hati yang ikut merasakan. Merasakan setidaknya perjuangan kami yang masih ingin belajar tetapi disulitkan oleh keadaan dari segi perekonomian. Lalu dimana hati mereka yang sekarang berada di atas sana, berada dikursi nyaman dengan jabatan yang menjanjikan? Apakah mereka lupa dengan tujuan sebelum mereka duduk dikursinya? Mereka adalah perwakilan suara rakyat, tetapi kenapa setelah keadaan sulit begini mereka semua seperti menghilang dan tak punya telinga.
Sekarang sudah masuk semester 2 dalam dunia perkuliahan, dan itu berarti saya harus membayar lagi uang kuliah yang mahalnya selangit itu, sedangkan saya tahu saat ini orangtua saya sedang kesulitan dalam hal materi. Lalu pertanyaannya, apa yang harus saya lakukan? Apakah saya harus berhenti atau mengundurkan diri karena tidak sanggup membayar UKT? Atau saya harus menunggu sampai diberhentikan secara paksa atau yang disebut dengan cuti paksa?
Terimakasih telah membaca tulisan saya hingga akhir, saya hanya ingin tanggapannya dan tolong renungkan sejenak saja bagaimana nasib kami yang terjepit keadaan yang serba tidak ada pilihan dan jalan keluarnya ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun