Mohon tunggu...
Pevi Setiawati
Pevi Setiawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Berhenti 'Menunda Besok' Mengelola Hipertensi dengan Tindakan Hari Ini

27 Juli 2024   00:27 Diperbarui: 27 Juli 2024   00:41 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Hipertensi atau juga dikenal sebagai "Silent Killer", adalah penyakit yang secara diam-diam mempengaruhi kesehatan jutaan manusia di seluruh dunia. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah dalam arteri seseorang terlalu tinggi. Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal bahkan kematian yang tidak terduga.

Namun, apa yang membuat hipertensi begitu menakutkan bukan hanya karena sifatnya yang mematikan, tetapi juga fakta bahwa seringkali tidak adanya gejala pada tahap awal. Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya mengidap tekanan darah tinggi karena tidak merasa sakit atau mengalami gejala yang jelas. Akibatnya, banyak orang yang hidup dengan kondisi ini tanpa pengobatan yang tepat, sehingga meningkatkan risiko komplikasi serius di kemudian hari.


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total populasi di dunia. Pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang menderita hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya di dunia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, hanya seperlima penderita hipertensi yang melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap hipertensi yang diderita.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cahyani, Indonesia termasuk wilayah Asia Tenggara yang kejadian hipertensinya tergolong tinggi. Berdasarkan Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 juga mengatakan bahwa angka prevalensi hipertensi pada penduduk 18 tahun berdasarkan pengukuran secara nasional   sebesar   39,1%. Jumlah kasus hipertensi di   Indonesia sebanyak 63.309.620 sedangkan angka kematian akibat hipertensi di Indonesia sebanyak 427.218 jiwa.


Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner dan stroke, yang merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak negatif hipertensi secara komprehensif, sangat penting untuk memahami lebih dalam mengenai penyebab dan strategi pencegahan hipertensi, menemukan mengapa masalah ini begitu mendesak dan bagaimana pengetahuan dan tindakan dapat mengubah cerita ini dari ancaman menjadi peluang untuk kehidupan yang lebih baik.


Hipertensi ini merupakan masalah Kesehatan umum yang dialami oleh lansia. Secara singkat, seseorang dengan hipertensi atau darah tinggi yaitu ketika mengalami tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. hipertensi pada lansia seringkali tidak menunjukkan gejala awal, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan rutin agar bisa mencegah komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal.


 Pada lansia, hipertensi sering kali disebabkan oleh berbagai faktor seperti proses penuaan, gaya hidup dan adanya penyakit yang lain. Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah cenderung menjadi kurang elastis, yang bisa meningkatkan tekanan darah. Selain itu, tidak hanya pada lansia, setiap orang saat ini seringkali mengabaikan untuk hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang tidak sehat, memakan makanan yang banyak garam, dan menjalani kehidupan dengan budaya sedentary lifestyle yang menjadi faktor penyebab terjadinya hipertensi.


Salah satu faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi yang sering kita jumpai dan secara tidak sadar sering kita lakukan yaitu mengonsumsi garam secara berlebih, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai hidup sehat membuat mereka seringkali mengonsumsi makanan-makanan cepat saji atau makanan instan yang tinggi garam. Mengonsumsi natrium terlalu banyak juga dapat meningkatkan kandungan natrium dalam cairan esktraseluler tersebut meningkat. Meningkatnya cairan esktraseluler dapat mengakibatkan peningkatan volume darah yang dapat menyebabkan hipertensi. Orang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan asin 3-9kali lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan orang yang tidak mempunyai kebiasaan mengonsumsi makanan asin.


Berdasarkan dari beberapa penelitian upaya untuk mencegah hipertensi lebih efektif menggunakan cara non-farmakoterapi. Program peningkatan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit yang dilakukan dipuskemas merupakan intervensi paling umum yang dapat diikuti masyarakat untuk mengatasi penyakit kronis termasuk hipertensi maupun penyakit kardiovaskuler lainnya.


Pemerintah mempunyai program yang dapat dilakukan di puskemas sebagai upaya untuk mengendalikan penyakit tidak menular (PTM) dengan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fauzi program pencegahan GERMAS ini dapat mengurangi angka kejadian hipertensi 50-60%. Program pengelolaan penyakit berbasis komunitas dinyatakan efektif dalam mengubah gaya hidup pasien hipertensi menjadi lebih sehat, seperti olahraga teratur, pola makan sehat, dan pemeriksaan kesehatan secara rutin akan lebih menghemat biaya jika dibandingkan dengan mengobati.


Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh lansia untuk mencegah tekanan darah tinggi yaitu dengan deteksi dini pengukuran tekanan darah secara rutin, berolahraga, mengkonsumsi sayur dan buah, menjaga pikiran agar tidak stres serta mengurangi asupan garam. Pentingnya menerapkan perilaku pencegahan hipertensi dengan cara mengikuti setiap kegiatan yang diadakan oleh tim Puskesmas sehingga masyarakat dapat waspada dan mandiri serta mampu terhindar dari penyakit hipertensi sejak dini dengan rutin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun