Mohon tunggu...
Petunjuk Berfikir
Petunjuk Berfikir Mohon Tunggu... -

Mengasah daya fikir dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Terlihat Murah, Bau Tak Sedap, Pucat, tapi Mulia, Kok Bisa ya?!

25 Maret 2012   04:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:31 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332648209128198404

Berbicara tentang uang, tentunya kita teringat dengan sebuah pribahasa time is money (waktu adalah uang). Siapa diantara kita yang tidak tertarik dengan lembaran kertas yg bertuliskan nominal tertentu mulai dari angka seribu sampai yang tertinggi seratus ribu. Termasuk saya, CMIIW. Maka tidak heran semua orang berusaha memburu si kertas bernominal ini.

Ada sebuah kisah yang cukup mengharukan antara uang seratus ribu dengan uang seribu rupiah. Suatu ketika uang seratus ribu (USR) dan  uang seribu (US) saling bertemu di sebuah kotak amal yayasan yatim piatu.

  • USR berkata: "hai US, kenapa baumu begitu tak sedap, wajahmu begitu pucat dan tidak menarik?". "Mungkin karena aku lebih murah darimu" Jawab US. US balik bertanya: " Kenapa kamu bisa sampai kekotak ini?". "Kebetulan ini adalah hari pertama bulan suci ramadhan dan orang yang memilki diriku memasukkan aku kedalam kotak ini. Dia adalah seorang nenek tua penjual makanan buka puasa. "Bisakah kau ceritakan kisahmu kepadaku" US meminta. "Sebelum aku dimiliki si nenek tua, aku selalu berada tempat yang harum, teman-temanku rata-rata sama denganku". USR melanjutkan ceritanya. " Aku selalu berpenampilan rapi karena aku tersimpan ditempat yang ber AC oleh para koruptor dinegri ini. Aku selalu wangi karena setiap malam aku bersama dengan para wanita penghibur di diskotik ibu kota. Begitu pula diriku banyak disukai dan direbutkan oleh bayak orang karena pada setiap malam libur diriku diletakkan disebuah meja tempat para milyader asyik bermain judi". Cerita USR dengan sombongnya.
  • "Hai US ceritakan kepadaku pengalamanmu" USR meminta. "Aku terlihat pucat karena setiap hari aku dipegang oleh juru parkir yang ikhlas bekerja demi menghidupi anak istri dengan uang yang halal. Bauku tak sedap karena aku seharian digenggam oleh seorang nenek tua yang barang dagangannya tak kunjung laku namun ia taat dalam beribadah. Dan diriku menjadi tidak disukai orang banyak karena aku selalu menjadi korban kebencian orang kaya kikir. Ketika sholat juma'at tiba maka aku menjadi pilihan terakhir diantara uang yang ia miliki  masuk kedalam kotak amal masjid. Bahkan hampir bisa dipastikan setiap tiga hari sekali aku singgah di kotak ini". USR berkomentar" Wahai sahabatku US, walaupun penampilanmu pucat, bau dan tidak menarik tetapi kau lebih beruntung dari pada diriku. Ini adalah pertama kali aku singgah di tempat yang mulia semenjak aku dibuat. Dan pada hari kiamat nanti kau lebih sopan dan mulia dihadapan Allah ketika kau diminta untuk bersaksi terhadap orang-orang yang pernah memilikimu"

Mari kita kunyah-kunyah bersama cerita ini. Jika berminat silahkan berikan komentar hikmahnya menurut Anda. Semoga komentar hikmah anda bermanfaat bagi para membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun