Mohon tunggu...
Petunjuk Berfikir
Petunjuk Berfikir Mohon Tunggu... -

Mengasah daya fikir dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ditelpon Nga' Diangkat, Di-SMS Nga' Dibalas, Jawab: "Aku Nga' Punya Pulsaa!

25 Maret 2012   11:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:30 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13326753711932603986

Nampaknya iklan bang sule yang menceritakan dua sepasang kekasih terlibat konflik cinta terlarang saling menyalahkan berhasil terekam ditelinga masyarakat termasuk saya. CMIIW. Sang wanita bertanya: " Ditelpon nga' diangkat, di sms nga' dibalas"!! dengan nada kesal. Jawab Sang lelaki sambil meringis: "Aku nga' punya pulsaaaa....". Baik mari kita cermati jawaban Sang lelaki "aku nga' punya pulsaaa". Sebenarnya ini bukanlah jawaban yang tepat, karena dia masih memiliki jawaban yg lebih pas yaitu " Aku belum beli pulsa". Alasannya penjual pulsa ada dimana-mana. Namun sang lelaki adalah seorang kolektor wanita, maka dia kembali membuat jurus seribu alasan. CMIIW.

Kawan cerita diatas sama kasusnya dengan percakapan seorang ustadz dengan seorang kakek berusia 50 tahun. Sang ustadz bertanya: "Diajak sholat nga' mau, diajarin ngaji belum siap. Jawab sang kakek," Aku belum dapat hidayahhhhh" sambil batuk-batuk,..ohok-ohok. Mari kita cermati jawaban sang kakek. Benarkah sang kakek belum mendapat hidayah???.

Hidayah berasal dari kata hadaa yahdii hidayatan wa hudan wa hadyan artinya petunjuk. Benarkah hidayah atau petunjuk itu belum sampai kepada sang kakek? Jawabannya adalah sudah. Yuk coba kita buka surat Al-baqoroh ayat 2dan surat An-nahl Ayat 89.

  • "ini adalah sebuah kitab (Al-Quran) yang tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa" (Al-Baqarah ayat: 2)
  • "Dan kami telah turunkan kepadamu (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (An-nahl : 89)

Ternyata hidayah sudah Allah berikan kepada kita, tinggal kita jemput dan kita ikuti. Berikut kisah hikmah seorang bapak penggemar maksiat berhasil menjemput hidayah Allah melalui anaknya yang cacat.

  • Diceritakan ada seorang ayah kelakuannya tak pantas ditiru. Ia adalah seorang yang suka meninggalkan sholat, suka mabuk-mabukan dan bermain judi. Hal ini bukan tanpa sebab, karena sang ayah putus asa disebabkan tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga bertemu dengan teman-teman yang memiliki hobi yang sama.
  • Suatu ketika Sang ayah hendak pergi bersama teman-temannya untuk melakukan kebiasan buruk. Pada saat itu waktu hampir menjelang magrib. Ketika Sang ayah hendak menuju keluar tiba-tiba sang anak yang baru berusia 7 tahun menghentikan langkahnya. Ya ia adalah anak kandungnya yang tuli dan bisu. Sang anak memberikan isyarat kepada ayahnya. "Ayah kemana engkau hendak pergi, bukankah sebentar lagi adzan magrib, tidakkah ayah sholat?" Kemudian sang anak menunjukkan jari telunjuknya keatas. "Allah melihatmu ayah, ketika kau tidak sholat". Sang ayahpun memaksa keluar. Maka seketika sang anakpun menangis karna himbauannya tak didengarkan ayahnya. Sang ayahpun mencoba untuk memeluk sang anak mencoba untuk mendiami. Namun sang anak tak mau dan pergi ke kamar. Sang ayahpun menjemputnya. Ketika sang ayah menjemput sang anak menariknya ke kamar mandi. Dengan isyarat ia meminta" ayah coba kau lihat, apakah wudhuku sudah benar?". Sang ayahpun mengikuti kemauannya. "Ya wudhumu sudah benar, sudah ya, ayah mau pergi sekarang". Sang anakpun melarang dan menarik kembali tangan ayahnya kekamar seraya memberikan isyarat. "Ayah aku ingin sholat, apakah sholatku sudah benar?"Sang ayahpun mengikuti kembali kemauannya. "Ya sholatmu sudah benar, ayah pergi ya". Sang anakpun melarangnya kembali, sembari mengambilkan al-quran kemudian membuka sebuah surat yaitu surat maryam ayat 45. Sang ayah diminta untuk membacakan artinya. "Wahai ayahku! sungguh aku khawatir engkau akan ditimpa azab dari Allah yang maha pengasih, sehingga engkau menjadi teman syetan". Sang ayahpun merasakan ketakutan luar biasa ketika membaca ayat ini. Kemudian masuk keadalam kamar sambil menghidupkan lampu sambil merenung. Ketika adzan isya dikumandang sang anak meminta sang ayah untuk mengantarkannya kemasjid. "Kita sholat dirumah saja ya nak!". Namun sang anak memaksa. Sehingga sang ayahpun mau mengantarkannya kemasjid. Dengan langkah yang gugup dan hati berdebar-debar sang ayahpun masuk kedalam masjid. Rasa malupun dibuang jauh-jauh ketika orang-orang yang melihatnya aneh untuk sholat berjamaah dimasjid. Sholatpun dimulai, kebetulan pada saat itu bacaan sang imam sangat syahdu dan berhasil menyentuh hati sang ayah. Sang ayahpun menangis sejadi-jadinya. Hingga sholatpun telah usai sang ayah masih menangis teringat dosa-dosa yang telah ia lakukan. Sang anak ikut menangis bahagia melihat ayahnya bertaubat. Ketika pulang sang sayah langsung menemui istri dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian Allahpun membimbing Sang ayah kepada jalan yang lurus.

Kesimpulan

  1. Hidayah sudah Allah berikan kepada kita, tinggal kita jemput dan ikuti arahnya.
  2. Bisa saja pada saat itu Sang ayah bersikap egois dan memaksa pergi tanpa memperhatikan peringatan dari anakkya.
  3. Hidayah adalah pilihan, bukanlah takdir dari Allah yang perlu kita tunggu. Karena Allah Menjelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 29: "Dan Katakanlah:" Kebenaran itu dari datangnya dari Tuhanmu, barang siapa yang hendak beriman, maka berimanlah, dan barang siapa yang hendak kafir, maka kafirlah" Surat Al-Balad ayat 90. " Dan telah kami tunjukkan kepadanya dua jalan".
  4. Maka janganlah pernah menunggu hidayah, karena hidayah tidak akan pernah menghapirimu jika kamu tidak menjemputnya terlebih dahulu.

Terima Kasih telah membaca, semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita untuk bisa menjemput dan mengikuti hidayah yang Allah telah berikan.


"Ya Allah janganlah Engkau palingkan hati kami kembali kepada kesesatan, setelah Kau bimbing kami, karuniakanlah kepada kami rahmatMU, sesungguh Engkau maha pemberi rahmat". Amien.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun