Mohon tunggu...
Petrus Rampisela
Petrus Rampisela Mohon Tunggu... wiraswasta -

Dalam 4 milyard tahun, temperatur bumi akan naik menjadi sekitar 350 derajat karena diameter matahari yang terus berkembang. Pada temperatur itu, tidak satupun kehidupan bisa bertahan, jadi kita harus mencari planet lain untuk pindah. Oleh karena itu, seluruh umat manusia harus mencari cara untuk hijrah dan mungkin hijrah inilah yang terbesar dan untuk menyelamatkan umat manusia. Pilihannya cuma dua "Mati atau Hijrah ke Planet lain". Agama pasti tidak akan menyelesaikan hal ini, jadi kita harus mencari kepercayaan yang lain. Kelihatannya TUHAN telah mengirimnya dan dia bernama IPTEK.\r\n\r\n================================\r\n\r\nPernah tinggal di Perancis dari tahun 1987-1993 untuk menyelesaikan program master dan doktor di Centre d'Etudes Nucleaires de Grenoble. Kemudian menjadi dosen di jurusan Fisika MIPA Universitas Hasanuddin Makassar dan kemudian bekerja pada perusahaan kontraktor untuk PLN. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mo Cuishle

9 Oktober 2009   13:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:37 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_19861" align="alignleft" width="150" caption="Google.com"][/caption]

Mks, 22 Juni 2009, Cerita ttg kesuksesan ini dimulai Frankie tua (Clint Eastwood), pelatih dan pemilik sasana tinju di sebuah kota kecil di Amerika, terheran-heran melihat seorang wanita paruh baya, giat berlatih di sudut sasana miliknya selama 3 tahun terakhir ini.

Frankie yang acuh tak acuh akhirnya menanyakan kepada cleaning servicenya, siapa perempuan itu, namun tak satupun yang mengenalnya. Dasar-dasar tinjunya yang buruk dan postur yang  pendek memberitahu semua pencinta tinju bahwa tidak ada masa depan bagi dia untuk menjadi seorang juara, ditambah lagi umurnya yang sudah lanjut bagi seorang petinju.

Akhirnya Frankie menjadi jengkel karena perempuan itu, yang bernama Mary M., meng ambil puching ballnya tanpa memberitahu nya, sehingga Frankie menegurnya dgn keras. Mary M. minta maaf dan akhirnya Frankie pun luluh oleh keinginan keras Mary M. untuk menjadi petinju dan mulai melatihnya. Jelas-jelas Mary M. tidak berbakat, tapi sepulang dari menjadi pelayan Mac Donald jam 21:00, Mary M. berlatih hingga pagi dan begitu terus setiap hari. Mary M. mendesak untuk naik ring, dan hebatnya sejak itu semua petinju dikalahkannya dengan KO.

Undangan datang dari mana-mana dan ketika bertanding pertama kali dengan juara inggris di London, Frankie meng hadiahi Mary M. dengan sebuah jubah hijau irlandia, dan dipunggungnya tertulis Mo Cuishle. Mary M. menanyakan apa arti Mo Cuishle, namun Frankie diam saja dan berjanji akan mengatakan artinya kalau Mary M. sudah menjadi juara dunia.

Paris, Milan, Hamburg, New York, dan kota-kota besar lainnya seluruh dunia telah dijelajahi oleh Mary M., dan malam ini mereka diundang untuk perebutan juara dunia kelas welter di Istana Tinju Dunia yaitu Las Vegas.

Lawannya adalah Beruang Biru, juara dunia dari Jerman Timur. Seperti biasanya Mo Cuishle tidak pernah gentar dan tenang disudut ringnya. Frankie sangat gelisah karena mengetahui reputasi Beruang Biru yang senang bermain kotor alias curang. Ronde demi ronde dimenangi oleh Mo, sampai dengan akhir ronde ke delapan, bel berbunyi, dan Mo berjalan ke sudutnya dan sempat melihat Frankie meletakkan bangkunya.

Tiba-tiba beruang biru berbalik dan menghantam Mo di sisi kanan kepalanya. Mo terjatuh dan kepalanya menimpa bangku itu dan lehernya patah mengiris saraf tulang belakang. Di rumah sakit, dokter tidak bisa berbuat apa-apa dan Mo lumpuh dari leher ke bawah!.

Alat pernapasan terpasang di lehernya yang dilubangi dan Mo terbaring tidak berdaya, namun dia selalu riang gembira, sampai dengan suatu hari, dokter mengamputasi kakinya yang membusuk karena terletak dikasur terus menerus.

Merasa hari-harinya terus memburuk, Mo ingin mengetahui apa arti Mo Cuishle, namun Frankie menolak karena Mo tidak juara dunia. Mo bercerita kepada Frankie bagaimana susahnya hidupnya sewaktu kecil dulu, kemiskinan seakan merampas hidupnya dan itulah yang mendorongnya untuk menjadi petinju, mendapatkan uang dan kemudian merasa dihargai dan merasa berguna.

"Semua sudah saya miliki Frankie, saya puas hidup". Frankie tertawa kecil dan Mo kemudian berkata "Oleh karena itu saya ingin kau melepaskan slang napas ini". Frankie kaget dan mengatakan "Tidak Mo,...tidak."

Tapi seminggu kemudian, di suatu pagi yang gerimis, Frankie datang ke kamar Mo, dan kemudian mengatakan "Mau tau arti Mo Cuishle?, artinya adalah SayangKu, Darahku". Mary M. tersenyum dan airmata bahagia mengalir dari kedua matanya, membasahi pipi yang pucat. Dia tahu sebentar lagi dia akan terbebas dan akan terbang ke surga dengan rasa puas akan keberhasilan.

Frankie melepaskan selang napas itu, dan orang-orang sasananya pun tidak pernah lagi melihat Frankie sejak pagi gerimis.

Masa lalu Mo yang miskin dan penuh penderitaan, pasti mirip dengan kebanyak an polisi di Indonesia. Menjadi polisi adalah jalan keluar dari kemiskinan di waktu yang lalu, karena sekolahnya gratis dan malah sudah mendapatkan tunjangan sewaktu bersekolah.

Yang membedakan kemudian dengan Mo Cuishle adalah dia berusaha keras dari keringatnya sendiri, berlatih dengan keras, dan kemudian mendapatkan uang dari menjadi juara. Sedangkan polisi kita sering-sering mendapatkan uang dari penderitaan masyarakat. Mata Mo selalu berbinar-binar sewaktu memandangi kamar kecilnya yang dia sewa sendiri dan belakangan malah dia bisa membelikan keluaganya yang miskin sebuah rumah di pinggiran kota.

Sedangkan kita, rumah kita yang bagus sering berdiri karena airmata seseorang dan malahan karena airmata banyak orang. Waktu Mo memandang rumah kecilnya, dia kelihatan begitu bahagia, sedangkan kita, mungkin di tembok rumah membayang orang-orang yang telah kita celakai dan kita peras.

Namun yang paling buruk dari bangsa kita adalah ketidaksanggupan untuk menilai apa yang baik dan apa yang buruk. Salah satu keahlian terbaik kita adalah berbohong, dan memang itulah yang harus dilakukan untuk berhasil di negara dimana korupsi menjadi jalan tersingkat untuk mendapat kan uang.

Semestinya, polisi-polisi yang dulunya miskin, mengingat pengalaman buruk itu, seharusnya membantu orang yang miskin dan tidak berdaya, agar menjadi berdaya, dan bukan malah menindis mereka dan mempermain kan mereka.

Hal lain yang saya sayang kan jika melihat film Mo Cuishle adalah ketidak mampuan kita untuk melahirkan film2 yg bisa menggerakkan jiwa. Sinetron2 kita penuh dengan intrik-intrik selingkuh dan membuat polisi-polisi yang rajin menonton TV selalu terbawa dan akhirnya mengarahkan penyidikan di sekitar selingkuh.

Contoh yang paling baru adalah kasus Rani Juliani dan Ketua KPK Antasari. Kombes Iriawan, Dir Reskrim Polda Metro Jaya, tampaknya kebanyakan nonton sinetron dan infotainment, sehingga tidak lagi sanggup melihat hal lain yang lebih besar dan rumit yang melatar belakangi peristiwa penembakan Nazarudin.

Polisi apalagi penyidik seharusnya menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku hukum, dan buku-buku sekitar bagaimana meningkatkan pengetahuan mereka dan yang paling tidak pernah saya lihat adalah meeting mingguan di setiap unit dan masing-masing membawakan makalah untuk dibahas bersama. Saya sedih mendapatkan kantor polisi tanpa perpustakaan, dan penuh sekat-sekat untuk membatasi diri agar tidak dilihat sedang berbuat tidak benar dan P86 yang terjadi dibalik pintu itu.

Slang Napas Mo telah terlepas, napasnya yang dibantu mesin terdengar dalam malam yang sunyi. Dia sudah mendapatkan dengan cara yang baik dan benar apa yang diimpikan oleh banyak orang, sedangkan kita, sebagian besar dari kita mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cara-cara yang tidak benar dan mengorbankan orang lain.

Untuk itulah saya ingin berdoa dengan memejamkan mata: "Mo yang baik dan berhati bersih, terima kasih sudah pernah hidup walaupun cuma dalam film. Semangatmu utk hidup yg penuh kerja keras serta jujur dan bahkan semangat matimu yang gagah berani, membuat kami belajar bahwa kita dapat berhasil dalam hidup tanpa mengorbankan orang lain, kita dapat berhasil dengan kerja keras dan kejujuran, dan kemudian mati dengan gagah berani dalam kesunyian, sendiri, dan hanya ditemani oleh pagi yang gerimis. Mo, Hiduplah kembali dalam hati setiap polisi, jaksa, dan hakim, dan terutama para pimpinannya.

Petrus Rampisela - Ketua LSM Pemantau Kinerja Kepolisian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun