Mohon tunggu...
Petrus Rampisela
Petrus Rampisela Mohon Tunggu... wiraswasta -

Dalam 4 milyard tahun, temperatur bumi akan naik menjadi sekitar 350 derajat karena diameter matahari yang terus berkembang. Pada temperatur itu, tidak satupun kehidupan bisa bertahan, jadi kita harus mencari planet lain untuk pindah. Oleh karena itu, seluruh umat manusia harus mencari cara untuk hijrah dan mungkin hijrah inilah yang terbesar dan untuk menyelamatkan umat manusia. Pilihannya cuma dua "Mati atau Hijrah ke Planet lain". Agama pasti tidak akan menyelesaikan hal ini, jadi kita harus mencari kepercayaan yang lain. Kelihatannya TUHAN telah mengirimnya dan dia bernama IPTEK.\r\n\r\n================================\r\n\r\nPernah tinggal di Perancis dari tahun 1987-1993 untuk menyelesaikan program master dan doktor di Centre d'Etudes Nucleaires de Grenoble. Kemudian menjadi dosen di jurusan Fisika MIPA Universitas Hasanuddin Makassar dan kemudian bekerja pada perusahaan kontraktor untuk PLN. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mesin Penggilas Itu Bernama Pengadilan

29 Oktober 2009   01:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:30 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini yang ketiga kali saya menyaksikan sidang terdakwa pencurian onderdil motor berharga USD 25. Pada sidang pertama, Jaksa Penuntut Umum membacakan dakwaan. Dia menggelengkan kepada dengan keras dan mengguman bahwa dia tidak melakukan apapun.

Saya menyaksikan wajah tertunduk itu, wajah yang tidak berdaya, dan saya selalu benci melihat ketidak berdayaan itu. Dia geram, wajahnya memancarkan api, tapi dia tidak tahu bagaimana mengekspresikannya. Sambil menggelengkan kepala dia harus berpindah ke sisi kiri majelis hakim untuk mendengarkan saksi-saksi memberatkan.

Lucunya, saksi pertama  adalah teman terdakwa yang tertangkap tangan mencuri, yang langsung protes kepada hakim mengapa terdakwa ditangkap dan ditahan karena tidak ada hubungannya dengan peristiwa ini. Saksi heran, polisi mengaitkan terdakwa padahal dia tidak ada waktu kejadian. Mereka selalu cuma bisa protes keras. Orang sederhana itu cuma bisa mengekspresikan segala sesuatunya dengan semangat untuk menunjukkan bahwa dia jujur, tapi mesin penggilas itu yang berwujud ketua majelis hakim tahu betul membungkamkannya dengan ancaman.

Hari ini, tuntutan dibacakan dan jaksa penuntut umum mengatakan "....terbukti secara sah dan meyakinkan, dan mohon kepada majelis hakim untuk menjatuhkan pidana 18 bulan penjara..". Tiba-tiba tangis seorang ibu dibelakang saya meledak dan saya mengalihkan pandangan ke ibu ini. Seorang ibu dengan wajah duka, mencoba memerahkan bibirnya dengan gincu murahan, mencoba berpakaian serapi yang dia punyai untuk menghargai pensidangan ini, menangis menutup wajahnya dan tertunduk sampai wajahnya menyentuh pahanya dan saya selalu benci melihat ketidak berdayaan itu.

Lima menit kemudian, terdakwa datang memeluk ibu ini yang ternyata isterinya. Mereka menangis berpelukan, dan saya juga menangis dalam hati karena gengsi di lihat orang, hanya airmata ku mengambang dipelupuk mata. Tapi sekarang ini saat saya sedang mengetik tulisan ini, saya betul-betul menangis, saya masih mendengarkan sesenggukan mereka berdua, tangis ketidak berdayaan itu dan alangkah marahnya saya selalu melihat Khalifah Allah ini tidak berdaya.

Mata terdakwa yang penuh air mata menatap saya dengan tajam dan berkata "Pak, saya tidak melakukan itu". Saya mengatakan kepadanya "Iya pak, saya yakin bapak tidak melakukannya..". Kawan-kawan Kompasianer, saya harus berhenti mengetik untuk mengeringkan airmata ku karena saya melihat kepedihan itu dan saya rasakan hati yang gundah gulana itu.

Sang isteri kemudian menambahkan "Pak, hidup saya susah begini, kenapa saya harus bertambah susah lagi. Andaikan saya memang menikmati curian itu". Saya hanya diam menatap matanya dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Saat ini saya menangis dengan deras, mungkin untuk membalas hari itu dimana saya harus menangis bersama mereka. Tuhaan, mengapa drama buruk ini harus terjadi terus menerus di ruang pengadilan, mengapa anak-anakmu masih harus merasakan kepedihan ini  setelah negara ini merdeka 64 tahun.

Di pengadilan yang sama, dua bulan lalu, seorang yang menggelapkan pajak 4,5 milyard dituntut 3 bulan penjara dan akhirnya di vonnis dua bulan. Omzet perusahaannya 54 milyard setahun, dan inilah yang menyebabkan hati saya menggelegak seperti air mendidih dalam periuk.

Untuk bapak yang mengaku tidak mencuri dan isterinya yang menatapku dengan pandangan tidak berdaya, saya mendaftarkan diri ke fakultas hukum, mulai semester ini, tahun 2009, di umur 49 tahun dan berlatar belakang s3 energy di perancis, karena saya ingin kemudian jadi advocat dan mendampingi orang-orang seperti ini di pengadilan walaupun saya tidak mengerti perkaranya. Saya lakukan ini Cuma untuk menunjukkan bahwa ada orang yang bersama mereka dalam keadaan memilukan seperti ini. Waktu polisi, jaksa, dan hakim Cuma merasa bahwa mereka menjalankan tugas dan akhir bulan menerima gaji, namun disisi lain ada tragedi dalam sebuah keluarga yang dituduh mencuri tapi tidak pernah melakukan.

[PR] Mks, Okt 2009.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun