Kemarin saya kesana kemari karena memang urusan saya lagi banyak-banyaknya. Pagi-pagi, ke Pompa Solar dekat Trans Studio, sang petugas dengan senyum terpaksa melambai-lambaikan tangan untuk memberi isyarat bahwa SOLAR Habis. Saya pun membalas senyumnya dan dengan santai berputar ke pompa solar lainnya berlogo pertamina, tapi setelah dua dan tiga pompa solar dinyatakan KOSONG, saya mulai berpikir, kok bisa PERTAMINA membatalkan rencana saya hari ini karena mobil PANTHER tua ku kehabisan solar. Saya pun mencoba mencari nomor telpon pertamina, tapi gagal menemukan. Tujuannya tiada lain untuk meminta klarifikasi mengenai dimana saya bisa beli solar untuk mendukung kegiatan bisnis saya. Seharusnya, yang namanya BAHAN BAKAR, tidak boleh habis, terutama karena PERTAMINA diberi monopoli untuk menyediakan bahan bakar. Terlintas di pikiran saya, bahwa SOLAR adalah BBM bersubsidi. That's okey, tapi apakah aktifitas saya harus berhenti karena subsidinya habis?? Maka kami mohon, PERTAMINA menyediakan saja dua jenis solar, yang bersubsidi dan yang tidak bersubsidi, karena kami siap membeli yang tidak bersubsidi jika memang tersedia. Maka kami mohon kepada pemerintah, agar membebaskan siapa saja menjadi penyedia BBM, dan bukan hanya ekslusif ke pertamina. Kami ingatkan kepada PERTAMINA, yang sudah mengurus BBM selama INDONESIA merdeka, tapi sampai saat ini belum bisa memproduksi POMPA BENSIN BUATAN PERTAMINA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H