[caption id="attachment_116467" align="alignleft" width="300" caption="google.com"][/caption] Rabu, 22 Juni 2011, Ibuku berumur 83 tahun terbang dengan Garuda Indonesia dari Makassar menuju Surabaya untuk menghadiri perkawinan cucunya di Kediri. Tidak dapat berjalan karena kaki kiri baru saja dioperasi, di Bandara Sultan Hasanuddin, ibu yang sudah renta itu, didudukkan di nomor 12, dan ternyata di bandara Makassar tidak ada Cabin Wheel Chair untuk melalui kursi2 pesawat, sehingga menyebabkan ibu harus dipaksa berjalan. Alasan GARUDA: mengapa tidak diminta waktu CHEK IN, padahal cucu yang menemaninya (khusus datang dari Holand) sudah memberitahu di counter check in bahwa omanya berusia 83 tahun dan tidak bisa jalan. Minggu 26 Juni 2011, saya sendiri ingin membuktikan bagaimana kacaunya GARUDA, dan dengan sengaja mengambil pesawat LION pukul 17:15 dari surabaya, karena ibu saya kembali dengan garuda dan berangkat Pukul 19:15 dan tiba pukul 21:23 di Makassar. Pesawatku tiba pukul 20:00, dan pengembaraan dimulai. Saya pergi ke LOST and FOUND dan menjelaskan perihal ibu saya yang harus dipaksa berjalan tgl 26 juni lalu, dan sang petugas bukan menanggapi keluhan saya malah ikut mengeluh bahwa dia sebenarnya hanya OUTSOURCING yang tidak betah kerja di garuda karena gaji yang kecil dan tanggung jawab yang besar. Saya bisa paham hal ini dan menanyakan siapa DUTY MANAGER GARUDA malam ini, dan beliau menjawab PAK AZIZ, maka setelah mencari2 selama setengah jam, saya bertemu dengan staff garuda yang berada disebelah kamar pak Aziz. Setelah saya jelaskan panjang lebar, staff ini berkata "Ini bapak sedang complain yah??", saya jawab "IYA", dia kemudian katakan :"kalau mau complain, silahkan tulis email". Saya kemudian berkata : "LHO, sekarang saya dihadapan bapak, yah silahkan terima saja complainnya, kok harus nulis email, ini bapak masih mental pegawai negeri banget yah?'. Kemudian dia mengantar saya ke ruangan pak Aziz. Setelah menjelaskan panjang lebar mengenai insiden tgl 26 Juni 2011, pak AZIZ menyalahkan ibu saya mengapa tidak mengatakan hal ini pada waktu beli tiketnya (ini reaksi spontan para pegawai negeri kita yaitu menyalahkan orang lain). Saya katakan apakah pak Aziz yakin harus disebutkan pada waktu beli tiket??? Dia yakin bahwa pernyataannya benar, saya bilang silahkan di check di website garuda-indonesia.com. Dengan pongah pak AZIZ ini memerintahkan anak buahnya untuk membuka website garuda, yang lucunya setelah menunggu 10 menit, website itu tidak bisa dibuka. Saya ketawa ngakak dan kemudian pak AZIZ pura2 sibuk dengan hal lain, tapi dari gelagatnya kelihatan bahwa pak AZIZ dan staff nya tidak tahu bahwa ada website untuk booking ticket. Malam ini, saya iseng buka garuda.com, saya tidak menemukan bahwa kalau booking harus disebutkan mengenai kebutuhan tertentu. Tapi apapun, yang saya cela itu adalah semangat orang indonesia untuk menyalahkan orang lain dulu daripada mengoreksi diri sendiri. BRAVO GARUDA, NGURUS ORANG TUA AJA LOE BELUM BISA, apalagi ngurus yang lain. Cermin-cermin buruk terus bermunculan di nusantara tercinta ini, dan mengapa jika WaJAHMU BURUK MALAH CERMIN YANG DIBELAH????????????????????????????????? Malah pada kasus ini, wajahmu BURUK, orang membawa CERMIN yang dibelah????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H