Mohon tunggu...
Petrus Rampisela
Petrus Rampisela Mohon Tunggu... wiraswasta -

Dalam 4 milyard tahun, temperatur bumi akan naik menjadi sekitar 350 derajat karena diameter matahari yang terus berkembang. Pada temperatur itu, tidak satupun kehidupan bisa bertahan, jadi kita harus mencari planet lain untuk pindah. Oleh karena itu, seluruh umat manusia harus mencari cara untuk hijrah dan mungkin hijrah inilah yang terbesar dan untuk menyelamatkan umat manusia. Pilihannya cuma dua "Mati atau Hijrah ke Planet lain". Agama pasti tidak akan menyelesaikan hal ini, jadi kita harus mencari kepercayaan yang lain. Kelihatannya TUHAN telah mengirimnya dan dia bernama IPTEK.\r\n\r\n================================\r\n\r\nPernah tinggal di Perancis dari tahun 1987-1993 untuk menyelesaikan program master dan doktor di Centre d'Etudes Nucleaires de Grenoble. Kemudian menjadi dosen di jurusan Fisika MIPA Universitas Hasanuddin Makassar dan kemudian bekerja pada perusahaan kontraktor untuk PLN. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Vs Science: Diskusi - Part 01

28 Mei 2010   04:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:55 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_152236" align="alignleft" width="97" caption="Dari Profil Wan Di"][/caption] Saya bahagia pernah bertemu dengan anak muda berinisial Wan Di, di Kompasiana ini, dan berdiskusi dengannya,  enak banget, maka saya ingin membagikan diskusi itu kepada teman2 saya. Dia seorang muslim yang luarbiasa dalam pandangan saya, dan yang ada dalam hati saya adalah HORMAT KEPADA GAGASANNYA. Diskusi sehat ini berawal dari Artikel  Irmansyah Rukka (IR) disini: http://filsafat.kompasiana.com/2010/05/25/bahasa-tuhan-tiada-yang-jelas/#comments Petrus Rampisela: 25 Mei 2010 19:12  Tanpa usaha itu, semakin sia-sia kita terlahirkan di dunia ini……..Menurut saya, hidup menjadi sia2 kalau kita tidak bisa menyumbangkan sesuatu kepada manusia dan kemanusiaan. Tuhan itu belum jelas ada atau tidak ada, tapi manusia dan kemanusiaannya sudah ADA dan masih akan terus berlanjut ADA. Taruhannya cukup besar bagi kelangsungan hidup manusia karena dalam 4 milyard tahun, temperatur bumi akan menjadi 350 derajat dan kita harus hijrah ke planet lain, kayaknya MARS, dan percayalah bukan TUHAN yang akan menolong manusia, tapi IPTEK. WanDi: 25 Mei 2010 | 19:27 bagi anda mungkin demikian om petrus: Tuhan blum jelas. tapi bagi saya Tuhan (Allah) jelas ada, tanpa ragu. persoalan hidup yang harus menyumbangkan sesuatu bagi manusia dan kemanusiaan, memang itulah yang diajarkan Tuhan. dalam agama Islam disebutkan, sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi sesama. dalam kitab suci dijelaskan juga: manusia yang beruntung adalah manusia yang saling menasihati (saling menolong) dalam kebaikan dan kesabaran. dan benarkah IPTEK yang akan menolong manusia? saya ragu, kerna berapa banyak juga kerusakan yang justru dihasilkan olehnya. salam kenal…. Irmansyah Rukka: 25 Mei 2010 | 19:35 Wandi, apa yang anda kemukakan itu adalah sebuah kajian spiritual murni. Namun, apa yang dulas oleh Bang Petrus adalah lumrah karena dia mengkajinya dlm kacamata sains. Sebenarnya jika kita dan ingin membuktikan tanda-tanda yang Wandi maksudkan adalah menukik ke dalam diri kita sendiri. Dia tidak jauh. Nmaun dia sangat dekat. Percayalah ketika kita sudajh mengenal diri kita secara utuh, otomatis kita akan mengenal-NYA pula secara totalitas. Dan sebisanya kita lepas otak intelektual kita atau rasionalitas kita dan masuk ke dalam dimensi metafisik. Bukan kah begitu Bung Wandi..salam sharing dr saya.. WanDi: 25 Mei 2010 | 19:47  betul sekali om iman. Allah itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat leher. dan kita yakin bahwa antara sains dan eksistensi Allah sama sekali tidak dalam posisi diametral, bukankah begitu? saya juga tidak menyalahkan om petrus dengan pandangannya, saya hanya ingin memberikan pada om petrus satu sudut pandang lain dalam islam, yang tidak bersifat mendua dan mensegregasi keberadaan Tuhan dalam ranah sains. bahkan Einstein dalam tulisan terakhirny

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun