Mohon tunggu...
Petrus Punusingon
Petrus Punusingon Mohon Tunggu... Guru - Praktisi dan Influencer

Trainner - Teacher - Influencer - Public Speaker - Marketer - Designer - Photographer - IT Consultan - Early Education Certified Trainner

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mana yang lebih Sopan Menjawab "OK" atau "IYA"?

10 Oktober 2024   09:29 Diperbarui: 10 Oktober 2024   09:52 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun yang lalu, saat masih bekerja di ibu kota Jakarta, ada pengalaman berharga dan bernilai yang saya peroleh, kelihatannya sederhana namun ini adalah warisan berharga yang saya peroleh. Dalam perjalanan pulang kerumah saya mendapat telepon dari pimpinan sekaligus mentor. Dalam percakapan, beliau menanyakan beberapa hal terkait pekerjaan dan meminta saya untuk menyelesaikan tugas yang belum rampung. Dengan spontan, saya merespons dengan jawaban, "OK?".

Namun, sebagai seorang mentor yang bijaksana, beliau langsung mengingatkan saya bahwa jawaban seperti "OK" kurang sopan, terutama ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau pimpinan. Meskipun dalam suasana informal, beliau menekankan bahwa etika dalam berkomunikasi sangat penting, terutama di lingkungan kerja yang profesional. Kalau saya berada di posisi pimpinan, mungkin jawaban seperti itu bisa diterima. Namun, saat berbicara dengan atasan, tanggapan yang lebih hormat seperti "Iya Pak/Bu" atau "Baik Pak/Bu" seharusnya digunakan.

Sejak momen itu, saya mulai membiasakan diri untuk menjawab dengan lebih sopan. Peristiwa ini mengajarkan saya betapa pentingnya menjaga etika komunikasi, yang mencerminkan penghargaan kita terhadap orang lain dan menumbuhkan sikap hormat di dalam lingkungan profesional apalagi dalam Lingkungan Pendidikan, dimana sebagai guru menjadi contoh dan teladan. Apa yang kita ucapkan dilihat dan di ikuti banyak orang.

Dalam kultur budaya Timur, tata krama dan norma sosial memiliki peran penting dalam berkomunikasi. Salah satu aspek yang menjadi perhatian adalah bagaimana seseorang merespons pertanyaan atau permintaan, karena jawaban yang diberikan menunjukkan tingkat penghormatan terhadap lawan bicara. Dalam hal ini, pilihan antara "OK" dan "IYA" bisa membawa konotasi berbeda yang dipengaruhi oleh norma kesopanan dan adat kebiasaan.

  1. Tata Krama dan Nilai Kesopanan dalam Budaya TimurDalam budaya Timur, khususnya di Indonesia, kesopanan (sopan santun) adalah nilai yang sangat dijunjung tinggi. Komunikasi tidak hanya dilihat sebagai pertukaran informasi, tetapi juga sebagai cara menunjukkan rasa hormat, terutama kepada orang yang lebih tua, atasan, atau pihak yang dihormati. Jawaban seperti "IYA" dianggap lebih selaras dengan nilai-nilai tersebut karena secara linguistik dan budaya, kata ini mengekspresikan bentuk persetujuan yang sopan, lembut, dan menghormati.

    Sebaliknya, "OK," meskipun semakin umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berasal dari budaya Barat dan terkesan lebih kasual atau informal. Penggunaan "OK" dapat diterima dalam konteks santai, tetapi dalam interaksi yang memerlukan kesopanan yang lebih tinggi, kata ini cenderung kurang menunjukkan rasa hormat yang diharapkan dalam budaya Timur.

  2. Pengaruh Formalitas dan HierarkiDalam kultur Timur, hubungan antarpersonal sering kali dipengaruhi oleh hierarki sosial. Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau dalam lingkungan formal, penggunaan bahasa yang tepat sangat penting. "IYA" dianggap lebih formal dan menunjukkan penghargaan, sehingga lebih sesuai dengan norma kesopanan ketika berinteraksi dengan pihak yang memiliki kedudukan lebih tinggi atau lebih dihormati. Sebaliknya, penggunaan "OK" dalam konteks ini bisa dianggap kurang tepat karena membawa nuansa yang lebih santai dan tidak mencerminkan penghormatan yang diharapkan dalam lingkungan formal atau hierarkis.

  3. Keselarasan Bahasa dengan Budaya LokalBahasa Indonesia memiliki tatanan bahasa yang lebih halus dan sopan dibandingkan bahasa Barat, terutama ketika melibatkan interaksi antar generasi. Kata "IYA" sejalan dengan budaya lokal yang mengedepankan kesopanan verbal. Sementara "OK" mungkin lebih populer di kalangan muda dan di media sosial, dalam percakapan langsung yang membutuhkan tata krama, "IYA" lebih sesuai dengan norma budaya.

  4. Konotasi dan Persepsi dalam Budaya TimurPilihan kata dalam budaya Timur bukan hanya soal fungsi komunikasi, tetapi juga mencerminkan emosi dan penghormatan yang ingin disampaikan kepada lawan bicara. "IYA" memberikan kesan yang lebih empatik, hormat, dan penuh perhatian. Penggunaan "OK," meskipun bermakna setuju, dapat dianggap terlalu singkat dan kurang memberikan kesan kehangatan atau penghargaan, terutama jika digunakan dalam konteks formal atau dengan orang yang lebih tua.

Kesimpulan:Berdasarkan nilai-nilai tata krama dan norma budaya Timur, "IYA" lebih sopan dibandingkan "OK" ketika merespons pertanyaan. "IYA" menunjukkan rasa hormat, formalitas, dan kesopanan yang selaras dengan nilai-nilai budaya Timur, terutama dalam interaksi yang melibatkan pihak yang lebih tua atau lebih dihormati. Sementara "OK" dapat diterima dalam konteks informal, penggunaannya dalam situasi formal atau hierarkis kurang mencerminkan tata krama dan norma kesopanan yang diharapkan. Semoga menjadi insprasi bagi kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun