Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jokowi, Sang Nabi

10 April 2014   15:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:50 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-akhir ini rakyat Indonesia terpukau oleh sosok Jokowi. Ia menjadi idola jutaan penduduk Indonesia. Berbagai alasan diutarakan oleh para pengagumnya: Jokowi adalah sosok sederhana dan merakyat. Identifikasi ini diperoleh ketika jutaan pasang mata menyaksikan Jokowi yang selalu mengenakan pakaian sederhana dan tidak mau diistimewakan. Jokowi dicintai karena selalu blusukan ke tempat-tempat kumuh yang jarang mendapat perhatian para penguasa.

Sosok Jokowi hadir saat bangsa Indonesia mengalami krisis kepemimpinan. Ia tampil sebagai nabi yang memberikan kesejukan di tengah dahaga dan krisis kepercayaan rakyat terhadap penyelenggara negara. Sebagai sang nabi, Jokowi memberitakan perubahan radikal melalui gaya kepemimpinannya yang selalu mengendepankan perbaikan pelayanan kepada rakyat jelata. Ia berjalan di lorong-lorong kumuh di kota Solo dan DKI Jakarta. Di sana, ia memberitakan tentang pembebasan bagi rakyat kecil yang terkungkung kemiskinan.

Tindakan pembebasan versi Jokowi bukanlah retorika. Ia melakukannya dengan tindakan nyata. Ia membangun pasar yang layak untuk para pedagang. Ia memperbaiki birokrasi pelayanan publik, seperti pelayanan KTP, kartu jaminan kesehatan dan pendidikan. Ia berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya, untuk melihat secara langsung pembangunan infrastruktur. Sikap kenabian Jokowi tampak juga melalui komitmennya untuk mengedepankan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang pro-rakyat. Bukan itu saja, pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi, baik sebagai walikota Solo maupun gubernur DKI Jakarta bersifat terbuka untuk umum.

Suara kenabian Jokowi, yang ditunjukkannya dalam kata-kata dan tindakan konkret untuk melayani masyarakat, bukan saja menuai sejumlah pujian, tetapi juga kontroversi bahkan fitnah dan ancaman pembunuhan. Konsekuensi pilihan Jokowi menjadi nabi masa kini tidaklah mudah, tetapi ketika berhadapan dengan aneka situasi tersebut, Jokowi tetap tenang dan bersikap ramah terhadap para lawan politiknya. Sekali lagi, Jokowi telah menujukkan bahwa dirinya adalah nabi masa kini. Kenabiannya bersifat universal, menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang berbeda adat-istiadat, suku, budaya dan agama.

Kenabian Jokowi menjembatani perjumpaan jutaan manusia yang selama ini menderita karena sistem pemerintahan yang buruk, pemimpin negara yang otoriter, tertutup dan korup. Bahkan sosok Jokowi mengikat jutaan rakyat Indonesia yang mengidentifikasi diri sebagai orang-orang tertindas untuk bangkit dan memperjuangkan demokrasi, penegakkan hukum, keadilan dan kebenaran.

Euforia kenabian Jokowi merambah sampai ke ujung timur nusantara. Di Jayapura, Papua, pada Miggu, [29/3], sejumlah aktivis, yang didominasi oleh kaum muda berkumpul di sebuah cafe sederhana di Jl.Raya Abepura-Sentani. Mereka berkomitmen mendukung Jokowi, sang nabi menuju kursi presiden RI. Kaum muda yang mencintai Indonesia ini, menghendaki terjadinya perubahan di negeri ini. Mereka yakin, bahwa Jokowi mampu menabuh tifa perubahan ke arah yang lebih baik. Karena itu, secara sukarela, orang-orang muda ini membentuk relawan Papua untuk Jokowi, yang disingkat LAPAK Jokowi.

Sabtu, [5/4], Jokowi datang ke tanah Papua. Ia mendarat di Sorong dan Jayapura. Di kedua tempat ini, ia blusukan di pasar. Ia bertemu dengan para tokoh Gereja dan ribuan simpatisannya. Di hadapan ribuan orang yang datang menyaksikan orasi politiknya di PTC Entrop, ia mengatakan bahwa Papua sebagai negeri matahari terbit harus maju. Bahwa matahari terbit lebih dahulu di tanah Papua dan selanjutnya ke arah barat. Karena itu, pembangunan memang harus dimulai dari tanah Papua. Inilah yang dilupakan oleh para pemimpin negeri ini selama berpuluh-puluh tahun. Jokowi, sang nabi menyadari bahwa sudah saatnya pembangunan harus dimulai dari timur Indonesia, bukan sebaliknya.

Apa pentingnya Papua sehingga Jokowi harus datang ke Papua? Hikmah positif yang dapat dipetik adalah kehadiran Jokowi hendak memberikan harapan baru bagi orang Papua yang sudah kehilangan harapan dan kepercayaan terhadap pemerintah pusat (baca: Jakarta).

Kehadiran Jokowi di tanah Papua menjadi harapan agar ke depan, jika dirinya terpilih menjadi presiden di negeri ini, ia dapat mendengarkan jerit tangis orang Papua yang selama berpuluh-puluh tahun terlupakan. Di pundaknya, rakyat Papua meletakkan harapan akan adanya ruang demokrasi dan dialog untuk penyelesaian permasalahan Papua.

Kenabian Jokowi adalah tindakan konkret keberpihakannya kepada rakyat kecil. Konsekuensinya, ia harus berhadapan dengan berbagai kelompok yang merasa terganggu oleh kehadiran dan kebijakannya. Harapan rakyat adalah Jokowi, sang nabi tetapi setia pada pilihannya untuk berpihak pada rakyat jelata, bukan berkolaborasi dengan kaum elite untuk mengamankan kepentingan dirinya dan kelompoknya.

Dahulu para nabi lahir dan memberitakan pembebasan bagi kaum miskin dan tertindas di tanah Palestina. Kini, sang nabi itu telah lahir di tanah Jawa. Ia membawa kabar baik, yakni pembebasan bagi jutaan rakyat Indonesia yang terperangkap dalam kemiskinan dan kebodohan. Dia-lah Jokowi, sang nabi itu.

Abepura, 8 April 2014; pk 21.42 W

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun