"Kita merindukan damai. Â Kita berdoa bagi perdamaian dunia. Â Tetapi, Â kita selalu lupa berbuat/bertindak adil! Â Padahal, Â keadilan adalah mata air yang mengalirkan perdamaian." [Petrus Pit Supardi].
Kekinian perang tak kunjung berakhir. Â Rusia vs Ukraina, Â Israel vs Hamas. Di tanah Papua, Â TNI-Polri vs TPNPB. Dan, di banyak tempat lain, Â konflik etnis, Â yang berujung pada jatuhnya korban manusia masih terus berlangsung.
Perang selalu mendatangkan penderitaan. Â Perempuan dan anak-anak paling menderita. Kematian tragis tak terhindarkan. Lalu, Â yang hidup berjuang selamat, Â dengan mengungsi ke wilayah yang lebih aman. Â
Kita manusia memiliki akal sehat dan hati nurani. Â Tidak seorang pun di antara kita merindukan perang. Â Kita tidak terlahir sebagai pemangsa! Â Tetapi, Â ketidakadilan menyalakan api perlawanan. Â Dan, Â kekerasan bernama perang berkobar! Â
Kita melihat di Gaza. Di sana hanya ada kehancuran dan kematian. Hati kecil kita menangis. Kita bertanya, "mengapa manusia saling membunuh dengan keji?" Demikian halnya di Ukraina, sudah setahun lebih, perang antara Rusia dan Ukraina tidak berakhir. Manusia mati sia-sia. Apa pun alasannya, perang tidak dibenarkan!
Di Palestina, Â di Ukraina terlalu jauh. Â Saat ini, Â di Papua perang masih berlangsung. Â Di Nduga, di Intan Jaya, di Yahukimo, di Maybrat. TNI-Polri versus TPNPB saling berhadapan dengan senjata. Sampai saat ini, tidak ada Upaya nyata membangun dialog/perundingan di antara orang asli Papua dan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan Papua secara menyeluruh.
Sampai saat ini, orang asli Papua masih berjuang mencari keadilan. Perang di Papua, merupakan upaya mencari keadilan bagi rakyat Papua. Â Api perlawanan tidak kunjung padam selama keadilan bagi Papua belum terwujud! Â Sebab, keadilan Papua bukan hanya pembangunan fisik berupa infrastruktur, tetapi menyangkut ideologi dan masa depan bangsa Papua.
Kita berharap Papua versus Indonesia, Â dan negara-negara yang berperang lekas berjumpa di meja perundingan. Â Saling bicara dengan akal sehat dan hati nurani demi keadilan dan perdamaian bagi umat manusia. Sebab, Â akal sehat dan hati nurani kita semestinya merawat hidup, Â bukan saling berperang, bukan pula saling membunuh karakter masing-masing!
Kematian demi kematian tragis akibat perang semestinya menggugah dan menggerakkan nurani kemanusiaan kita untuk mengupayakan perdamaian. Â Dengan cara hidup kita, Â di lingkungan paling kecil, Â kita berjuang agar damai selalu bersemi. Dan, Â tak ada cara lain untuk meraih damai selain berlaku adil! Adil di dalam sikap dan tindakan, tetapi juga di dalam kebijakan hidup bernegara.
Kita mengawali hidup di rahim penuh belas kasih. Â Kita terlahir dalam pelukan cinta. Tetapi, Â ketidakadilan mengubah haluan! Â Dari cinta menjadi benci. Â Dari belas kasih menjadi dendam! Dan, Â pengampunan sirna! Perang berkecamuk! Â Dan, Â kematian tragis dan pengungsian tak terhindarkan! Â
Perang telah menghancurkan martabat dan kemanusian kita. Kita berdoa, Â tetapi juga berjuang dalam sikap dan tindakan, dalam kebijakan dan keberpihakan kepada rakyat jelata untuk menghadirkan keadilan, Â agar damai menjadi nyata di rumah bumi. Amin. Â
Wamena, 11 November 2023, 05.45 WIT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H