Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melampaui Identitas

22 Juli 2023   17:59 Diperbarui: 22 Juli 2023   18:03 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hidup tak lagi berkutat dalam aturan adat dan budaya serta dogma dan doktrin agama, melainkan tertuju kepada nilai-nilai universal manusia dan alam semesta!" [Petrus Pit Supardi].

Apa arti identitas diri dan status sosial? Apakah identitas diri dan status sosial menjadikan seseorang memiliki martabat lebih tinggi dari orang lain? Menurut Santo Fransiskus Asisi, martabat manusia tidak ditentukan oleh status sosialnya. "Sebab, nilai hidup seseorang adalah nilai orang itu di hadapan Allah, tidak lebih!"

Saat ini, kita melihat bahwa orang memperlakukan sesamanya berdasarkan status sosialnya. Pejabat Negara, para raja, ratu, kaum bangsawan, pengusaha, seakan-akan memiliki kedudukan lebih tinggi ketimbang petani, pedagang, dan kaum marginal lainnya. Padahal, manusia sama di hadapan Allah.

Demikian halnya, pemuka agama merasa lebih terhormat, karena mereka adalah penghubung manusia dan Sang Ilahi. Atas nama Tuhan Allah, para pemuka agama mengedepankan doktrin dan dogma. Segala aturan dalam agama tidak boleh ditafsirkan, apa lagi diubah, karena akan mendatang dosa dan kutuk!

Identitas sosial acap kali mengungkung hidup manusia. Tak ada kebebasan. Hanya ada kebekuan. Dingin! Pada titik ini, manusia perlu berpikir kritis. Apa arti aturan adat, budaya, agama? Apakah segala aturan itu membuat manusia menjadi lebih bebas, leluasa mengekspresikan hidupnya? Atau sebaliknya, membuat manusia melarat, dan terdampar pada tepian egois, tertutup dan merasa diri paling benar?

Kita perlu menyediakan waktu untuk merenungkan makna hidup ini. Kita patut mempertanyakan identitas hidup kita. Di sini, di dunia ini, kita hidup untuk siapa? Apakah kita hidup sebatas mengikuti aturan adat serta doktrin dan dogma agama?

Kita harus melampaui diri kita sendiri. Kita melampaui segala identitas yang melekat pada hidup ini. Hanya pribadi yang telah melampaui dirinya sendiri dan menjadi dirinya sendiri saja yang dapat hidup bebas, tanpa beban.

Jadilah bebas. Tanggalkan identitas sosial yang mengungkung hidup ini. Sebab, hanya orang bebas yang dapat melangkah ke mana pun tanpa beban. Bebas melakukan hal-hal baik dan benar yang dilandasi kasih, tanpa pamrih, tanpa diskriminasi! [Abepura, 22 Juli 2023; 19.42 WIT].

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun