Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan, Olah Batin atau Kejar Gelar

23 Juni 2023   07:29 Diperbarui: 23 Juni 2023   08:01 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pendidikan seyogianya mengantar manusia melampaui dirinya sendiri. Manusia tak lagi memikirkan kepentingan dan keuntungan bagi dirinya sendiri, melainkan mengutamakan kepentingan sesama manusia dan alam semesta." [Petrus Pit Supardi].

Kita pergi ke sekolah untuk siapa dan untuk apa? Di rumah, kita mendapatkan pendidikan nilai-nilai hidup: kasih, keadilan, kebenaran, kejujuran, kepekaan, kepedulian dan berbagai kebijaksanaan lainnya. Di sekolah, kita pun mendapatkan pendidikan nilai: gotong-royong, budi pekerti, kerja sama, bela rasa, pendidikan agama, keimanan, ketaqwaan dan lain-lain. Di sekolah, kita juga mendapatkan keterampilan dan keahlian, ilmu dan pengetahuan, yang akan kita pakai di dalam hidup ini.

Muara dari pendidikan, baik pendidikan nilai, maupun ilmu, pengetahuan dan keterampilan hidup adalah empati. Kita memiliki jiwa peduli, bukan hanya pada diri sendiri, tetapi peduli pada sesama manusia dan alam semesta. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, apa pun kualifikasi pendidikannya, semestinya memiliki kepekaan sosial dan ekologis yang tinggi pula.

Seyogianya, pendidikan kita, tak sekedar mengejar tingkatan gelar, diploma, sarjana, magister, doktor. Kita secara sengaja pergi ke sekolah dan kampus untuk mendapatkan pendidikan nilai dan keterampilan hidup, bukan untuk sekedar mendapatkan nilai dan ijazah yang tertera di lembar-lembar kertas. Kita mengenyam pendidikan agar batin, jiwa, roh kita mendapatkan asupan gizi, yang memadai sehingga bertumbuh sehat dan berbuah. Sebagaimana kita makan dan minum untuk memelihara tubuh fisik kita, maka pendidikan nilai semestinya menyehatkan dan menguatkan sukma batin kita.

Kegagalan pendidikan kita terlihat jelas di depan mata kita. Contoh sederhana, sampah menumpuk di mana-mana. Pendidikan kita bahkan tidak mampu meyakinkan kita untuk meletakkan sampah pada tempatnya atau mendaur ulang sampah kita. Selain itu, korupsi tumbuh subur. Pendidikan kita tidak mampu mengantar kita membedakan hak milik pribadi dan hak milik orang lain. Demikian halnya, pendidikan kita tidak membuat kita hidup selaras alam. Sebab, hutan alam ditebang dan diganti dengan perkebunan sawit dan tanaman industri lainnya. Pada titik ini, kita bertanya, ke mana arah dan tujuan pendidikan kita?

Belajar pada kegagalan pendidikan kita selama ini, kita perlu berbenah. Pertama, kedepankan pendidikan nilai, yang bersumber pada tata nilai adat, budaya bangsa dan warisan leluhur. Kedua, memberikan ruang dan kesempatan lebih luas kepada insan pendidikan: orang tua, guru, dosen, siswa, mahasiswa untuk berkolaborasi merancang pendidikan yang kontekstual dan terarah kepada kepentingan sosial dan ekologis. Ketiga, pendidikan keterampilan hidup, melalui praktik dan penelitian perlu mendapatkan perhatian lebih serius.  

Kita berharap sekolah dan kampus benar-benar menjadi rumah belajar, tempat menyemai dan menumbuhkan nilai-nilai hidup, ilmu, pengetahuan dan keterampilan, bukan sekedar tempat mencari dan mendapatkan ijazah dan gelar. Sekolah dan kampus menjadi ruang bertumbuhnya solidaritas, simpati dan empati terhadap realitas sosial dan ekologis. Dengan demikian, di masa depan, umat manusia dan alam semesta dapat hidup harmonis, tanpa saling melukai satu sama lain.

Sebab, hidup pertama-tama diterima dan diperoleh bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk sesama manusia dan alam semesta. Pendidikan mengasah dan memurnikan hati nurani agar peka dan peduli pada lingkungan sekitar. Hidup bukan lagi tentang diri sendiri, melainkan tentang sesama dan alam semesta.

Semoga nilai-nilai hidup, yang kita dapatkan melalui proses pendidikan selama bertahun-tahun mendorong kita untuk lebih peduli dan peka, sederhana, rendah hati, jujur, berlaku adil, dan mau hidup selaras alam. Amin

Abepura, 23 Juni 2023; 09.15 WIT 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun