Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Syukur Mengikis Sikap Rakus

1 Juni 2023   08:40 Diperbarui: 1 Juni 2023   08:41 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Keinginan selalu tak terbatas. Tatkala keinginan buruk mendominasi, maka lenyaplah akal sehat. Pada saat itulah, nurani pun mati, dan berkuasalah sikap tamak." 

Di balik tembok mewah, adakah olah batin dan rasa? Ketertutupan terhadap realitas sosial, mengantar manusia pada sikap ingat dirinya sendiri. Orang lain tidak penting. Diri sendiri menjadi lebih utama.

Sikap rakus dan ingat diri sendiri mengantar manusia menjadi lupa diri. Orang lupa mempertanya hidup dan tujuannya. Siapakah saya? Apa tujuan hidup saya?

Lihatlah di sekeliling. Ada begitu banyak orang miskin dan terlantar. Ada orang miskin tinggal di bawah kolong jembatan dan emperan toko atau trotoar. Ada banyak anak-anak tidak bisa sekolah lantaran tidak memiliki biaya. Ada banyak orang sulit mengakses makanan dan minuman.

Sementara, kita yang telah memiliki rumah, mobil, deposit di bank, anak-anak bisa sekolah di luar negeri, tetapi kita jarang dan atau kurang bersyukur. Kita selalu merasa kurang harta. Kita tidak puas dengan segala kekayaan yang dimiliki.

Syukur. Perbanyak syukur adalah cara paling ampuh mengikis sikap rakus dan tamak. Kita membayangkan, tanpa udara, bisakah kita hidup? Tanpa pohon-pohon hijau. Tanpa matahari. Apakah kita bisa hidup?

Bersyukur adalah cara paling sederhana mengikis sikap rakus dan tamak. Syukur membuat kita tidak memiliki waktu untuk menjadi sombong dan tamak. Dengan bersyukur, kita juga akan semakin peka dan peduli pada sesama dan alam semesta.

Bersyukurlah dan terimalah berkat dan keberuntungan dari sang pemilik alam semesta. [Abepura, 1 Juni 2023; 10.18 WIT].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun