Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mata Air Bukan Air Mata

29 Mei 2023   08:00 Diperbarui: 29 Mei 2023   08:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini, di dunia ini ada batas ruang dan waktu
Tatkala napas terakhir tiba, apa yang akan diwariskan kepada generasi selanjutnya?
Mewariskan mata air jernih yang memberikan hidup
Atau air mata duka yang tak pernah berkesudahan?

Beribu-ribu hari telah berlalu di rumah dunia ini
Jejak tapak pada debu tersapu angin tak berbekas
Adakah telaga berair jernih di tengah terik dunia ini?
Ataukah hanya ada bukit, gunung dan padang tandus?

Berjuta pohon terkulai di hadapan buldoser dan sensor
Hutan alam rumah berjuta makhluk hidup telah hilang
Berdirilah gedung-gedung megah dan pohon-pohon sawit
Seketika mata air kering dan burung-burung pun tak lagi berkicau

Apakah mata air akan keluar dari dalam gedung-gedung megah itu?
Apakah mata air akan muncul dari perkebunan sawit?
Manusia loba dan tamak tak pernah puas menghancurkan hutan alam
Hanya mewariskan air mata kepada generasi kini dan ke depan

Mata air jernih impian setiap insan dan makhluk
Memberi sejuk di tengah dunia yang penat
Tak repot merawat mata air supaya selalu mengalir setiap saat
Cukup hidup sederhana dan tak merusak hutan alam

Senja telah mendekat dan semakin dekat
Akan segera tiba di pengujung jalan ziarah di dunia ini
Akan mewariskan apa untuk generasi selanjutnya:
Mata air jernih atau air mata tak berkesudahan?

Abepura, 29 Mei 2023; 09.46 WIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun