Di bumi, rumah semegah dan semewah apa pun tetaplah sementara
Tempat berteduh dari dingin dan panasnya dunia
Persinggahan sementara di bumi selagi hayat di kandung badan
Sebab, datang dan pulang menurut misteri sang waktu adalah pasti
Di bumi, rumah hanya sementara
Tempat singgah sebentar saja
Menanti waktu menuju rumah abadi
Tak seorang pun tahu kapan waktu baginya akan datang
Di bumi, tubuh berteduh di rumah megah atau gubuk
Rumah sekedar tempat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan angin
Jiwa berteduh di rumah mana?
Sebab, di sini manusia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, sombong dan angkuh
Di bumi, rumah semestinya mencerminkan rumah abadi
Kebenaran, keadilan, kasih, damai, sukacita dan bahagia semestinya bersemi
Tapi, nyatanya sombong, congkak, korupsi, cabul mendominasi
Di bumi, rumah bagaikan jurang dan lembah neraka
Di bumi, rumah mewah dan megah untuk siapa?
Membangun rumah di bumi pakai bahan apa?
Fondasi rumah pakai apa?
Lantai, dinding dan atap pakai apa?
Di bumi, rumah-rumah berisi apa?
Cinta kasih atau kekerasan?
Pengampunan atau dendam?
Solider atau ingat diri sendiri?
Di bumi, rumah selalu dirindukan atau dihindari?
Setiap orang mengetahui rumahnya sendiri
Merawat rumah di bumi adalah langkah awal memasuki rumah abadi
Tetapi, siapa berani membersihkan rumahnya?
Membersihkan rumah diri sendiri
Bekal memasuki rumah abadi
Merawat rumah di bumi
Jaminan memasuki rumah abadi
Di bumi, rumah penting sejauh sarana menyiapkan diri memasuki rumah abadi
Sebab, rumah di bumi hanya sementara
Pada waktunya tiba pasti dibongkar
Maka, hendaklah manusia tidak terikat pada rumahnya di bumi ini
Pada akhirnya, rumah sesungguhnya adalah hidup
Rumah diri, tempat segalanya bermula dan tak pernah berakhir
Diri sendiri harus membangun dan merawat rumah hidup
Agar, tetap bersih, terawat dan tertata rapi