Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Haus

8 April 2023   09:19 Diperbarui: 20 April 2023   14:03 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keringat mengucur bagaikan mata air
Tubuh tak lagi menyisakan air
Terkuras habis di perjalanan berliku
Beban di pundak semakin berat

Haus menyengat tubuh yang melintasi jalan berliku
Lidah dan mulut terasa kering
Tubuh semakin lemas tak berdaya
Adakah setetes air untuk melepas dahaga?

Di sini, bukan hanya setetes air
Sebab, mata air sedang mengalir
Tetapi, yang tampak di depan mata hanya padang gurun gersang
Tak ada pohon yang tumbuh dan burung berkicau

Haus di depan mata air jernih
Tak berdaya menggapainya
Diperdayai sampai air di tubuh pun tak tersisa
Tangan tak sampai meraih seteguk air

Tubuh kekar tak menjamin dapat menimba dan meminum air
Mulut harus terbuka meminta tolong
Tetapi, adakah hati yang tergerak untuk menuntun ke mata air itu?
Sebab, di sini semua orang sibuk dengan dirinya sendiri!

Air untuk melegakan tubuh fisik
Kasih untuk menguatkan jiwa
Di sini, tersedia mata air untuk tubuh dan jiwa
Gratis, datang, timba dan minum!

 Abepura, 7 April 2023; 08.26 WIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun