Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Alam Sedang Terluka

25 Februari 2023   07:40 Diperbarui: 25 Februari 2023   07:47 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di mimbar-mimbar di rumah ibadah

Pemuka agama khotbah berapi-api:

"Manusia dan alam adalah saudara!"

Tetapi, setelah ibadah tangan-tangan manusia menghamburkan sampah mulai dari halaman rumah ibadah, di jalan-jalan sampai di rumah tempat tinggal

Tangan-tangan manusia pula yang menebang pohon-pohon

Tangan-tangan manusia pula yang menggali bukit, gunung dan perut bumi

Manusia melihat alam hanya sebatas nilai ekonomis

Karena itu, eksploitasi alam berlangsung masif

Kita bertanya,

"Apakah benar manusia dan alam adalah saudara?"

Di podium-podium pada ruang-ruang pertemuan

Pemerintah bicara:

"Selamatkan hutan demi anak cucu. Perbanyak reboisasi!"

Tetapi, pemerintah kasih ijin perusahaan sawit dan perusahaan tanaman industri

Hutan hujan alam hancur

Seluruh makhluk penghuni hutan alam pun punah seketika

Pemerintah kasih ijin perusahaan tambang

Gunung dan bukit lenyap

Perut bumi menganga lebar

Di rumah-rumah adat

Tetua adat berkoar-koar:

"Jaga hutan. Jaga relasi baik dengan leluhur!"

Tetapi, tetua adat menjual tanah dan hutan

Tempat-tempat keramat tenggelam dalam perkebunan sawit

Hutan alam habis

Adat budaya pun perlahan terkikis sampai punah

Manusia terlampau sombong

Hidup dalam dekapan alam, tetapi suka merusak alam

Alam terluka karena manusia tidak bisa bilang: "cukup!"

Manusia rakus, konsumtif, hedonis dan menumpuk harta kekayaan

Sifat rakus manusia bikin alam hancur

Alam sedang terluka parah

Bagaimana menyembuhkan luka alam ini?

Hidup sederhana, tanpa menumpuk harta benda

Mengekang lidah supaya makan dan minum secukupnya

Mengendalikan tubuh supaya berpakaian apa adanya

Tinggal di rumah sederhana selaras alam

Menertibakan tangan yang suka buang sampah di sembarang tempat!

Sejenak renungkan ini:

"Andai tubuhmu adalah alam: hutan, gunung, bukit, laut..."

Tatkala tubuhmu dilukai dan dijejali sampah, bagaimana rasanya?

Sehari saja Anda tidak mandi tubuh sudah terasa gerah dan gelisah

Tetapi, mengapa kita melukai alam dan menimbun sampah di tubuh alam ini?

Sadarlah!

Sadarlah!

Sadarlah!

Sembuhkan luka alam dengan hidup sederhana

Sembuhkan luka alam dengan berani berkata, "cukup!"

Sembuhkan luka alam dengan menaruh sampah pada tempatnya!

Alam sehat manusia selamat

Alam sakit manusia menderita

Abepura, 10 Februari 2023; pukul 06.45 WIT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun