Aku duduk di tepi pantai,
pada pagi yang dingin
Aku bertanya pada laut yang membentang luas:
Bisakah cinta dan kebencian bertumbuh di dalam satu hati?
Sebab, aku mendengar dari ruang-ruang sakral suara menggelegar mewartakan cinta sang ilahi sambil mendendangkan sumpah serapah, merendahkan sesama yang berbeda  iman dan keyakinan, suku dan ras
Bukankah mimbar-mimbar suci di rumah ibadah untuk mengabarkan cinta, kasih sayang, kebaikan dan pengampunan?
Bagaimana mewartakan cinta sang ilahi serentak pula menabur kebencian pada sesama yang berbeda?
Relung jiwa penuh tanya terhentak tatkala mendengar tepuk tangan meriah menyetujui dan menyambut sumpah serapah itu
Aku bertanya bukan lagi pada alam semesta,Â
tapi pada diriku sendiri,
pada kemanusiaanku: