Pendekatan pastoral yang diterapkan Pastor Yos Din, Pr merupakan suatu cara berpastoral kontekstual. Pastor Yos tidak mendikte umat dengan perintah ini dan itu, melainkan sikap dan tindakannya mengarah kepada keteladanan. Ia memberi contoh cara berkebun dan merawatnya. Umat melihat dan mengikutinya.
Acapkali, Gembala datang dengan konsep dan ide cemerlang. Gembala kumpulkan jemaat dan ajak mereka bangun sumur air, bikin pagar dan rupa-rupa pembangunan lainnya. Jemaat mengikuti perintah dan arahan Gembala. Setelah Gembala pindah, benda-benda yang dibangun tidak dirawat. Jemaat pikir segala pembangunan milik Gembala. Sebab, sejak awal mereka hanya menjadi objek pelayanan, bukan subjek berdaya yang terlibat merencanakan dan memikirkan kebutuhan hidup jemaat.
Ada sebuah kisah untuk menerangkan  hal ini. Di sebuah paroki dilayani oleh Pastor muda yang baru ditahbiskan. Pastor tersebut berasal dari Jawa. Dia memiliki sahabat dan kenalan di Jakarta. Dia menggalang dana untuk pembangunan tempat penampung air hujan di parokinya. Dia meminta umat menyiapkan tiang umpak dan menancapnya. Ia membayarnya sesuai harga proyek umumnya.
Tiang telah tertancap. Tiba-tiba, Pastor harus meniggalkan paroki itu. Pembangunan tidak dilanjutkan. Umat bilang, "Pastor sudah pindah sehingga proyek air minum ini tidak lanjut."
Kisah di atas menggambarkan bahwa Gembala tidak membuka ruang lebih luas untuk berdiskusi dengan jemaat, "Apa yang paling jemaat butuhkan? Bagaimana membangunnya?" Gembala menuntun umat menemukan kebutuhannya dan berupaya memenuhinya dengan cara mereka. Dengan demikian, apa pun yang mereka hasilkan menjadi bagian terpenting dalam hidup mereka sehingga mereka merawatnya dengan sebaik-baiknya.
Kehadiran Gembala di tengah-tengah kehidupan kawanan domba hendaknya membuat kawanan domba merasa bangga menjadi anak-anak Allah dan warga Gereja. Umat  merasa disapa, diterima dan diberi ruang mengekspresikan imannya dalam realitas sosial dan budaya mereka. Dengan demikian, Gereja benar-benar menjadi rumah baru yang memberikan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Di Sorong, tepatnya di paroki Santo Yosep Ayawasi, Pastor Markus Malar OSA menerapkan pendekatan pastoral kontekstual. Pastor Markus mengajak Dewan Pastoral Paroki (DPP) melakukan analisis kebutuhan pelayanan kepada umat. Melalui proses pertemuan dan diskusi ditemukan sejumlah permasalahan yang perlu mendapatkan penanganan segera.
"Pada tahun kedua, bersama umat kami mulai merumuskan Visi dan Misi Paroki serta strategi-strategi untuk mencapai visi dan misi itu. Kami juga mencoba merespon persoalan-persoalan itu dengan membuat daftar dan nomenklatur baru dalam susunan dan deskripsi tugas DPP. Ada bidang Adat dan Kebudayaan, Keadilan dan Perdamaian serta Keutuhan Ciptaan," tulis Pastor Markus dalam WA grup STFT Fajar Timur, (05/09/2020).
Pastor Markus menambahkan bahwa pembinaan keluarga mendapatkan tempat sentral dalam karya pelayanannya. "Kami berusaha menghimpun dan membentuk tim  'keluarga ideal'. Tim ini dilibatkan dalam memberikan pembinaan dan pendampingan baik dalam persiapan perkawinan maupun dalam mendampingi keluarga-keluarga yang bermasalah. Selain itu, ada retret pasutri berdasarkan usia pernikahan (0-5 tahun, 6-10, 11 ke atas)."
Di sela-sela kesibukan melayani Sakramen dengan melakukan kunjungan ke stasi-stasi yang berjauhan, Pastor Markus juga menampung anak-anak dari keluarga broken home dan dari paroki-paroki tetangga yang sekolah di SMP Negeri 1 Aifat. Ia juga membuka Taman Baca Tole Lege, yang terletak di area pastoran.
Di tengah-tengah ke suraman wajah pelayanan pastoral di tanah Papua, Pastor Markus Malar OSA berupaya hadir dan mendedikasikan seluruh hidupnya bagi kawanan domba orang Papua, baik di bidang rohani (pelayanan Sakramen), tetapi juga membantu anak-anak dari keluarga-keluarga sederhana agar mereka bisa bersekolah di Aifat. Inovasi yang telah dilakukan oleh Pastor Markus mengingatkan kita pada sosok Yesus yang berjalan dari kampung ke kampung mewartakan Injil dengan tindakan konkret mengajar, menyembuhkan orang sakit dan memberi makan kepada mereka yang lapar dan haus.Â