Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jalan Perjuangan

13 November 2020   21:39 Diperbarui: 13 November 2020   21:57 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Bapak mendayung perahu di sungai Asuwets, depan Pastoran Paroki Santo Martinus de Porez Ayam, Akat, Asmat, 30 Oktober 2020. Dokpri.

Derap langkah berjejal melintasi kota
Berbondong menyusuri jalan menuju ketenaran
Memeluk sukses dalam angan-angan
Menenteng harapan akan mencapai takhta kekuasaan


Tak peduli cara dan proses yang ditempuh
Tujuan harus tercapai meskipun menelan jiwa lemah
Jalan itu terlampau lebar berjejal pengikut

Di sini, di negeri ini, Papua
Dari Sorong sampai Jayapura
Dari Merauke sampai Biak
Dari Jayapura sampai Pegunungan Tengah
Ada jalan sempit berhiaskan belukar
Tak banyak orang ingin melintasinya

Di jalan ini,
Tubuh tergelatak tak berdaya
Darah sedang mengalir dari tubuh-tubuh tak bernyawa
Bagaikan mata air di gunung Cyclop
Jerit tangis Mama-Mama terdengar nyaring  meratapi kehilangan buah hatinya
Jerit tangis anak-anak kekurangan gizi terdengar sayup-sayup memecah kebisuan pagi

Jalan ini sepi,
Tak banyak orang melintasinya
Jalan ini tidak menjanjikan harta dan kekuasaan
Jalan ini membawa jiwa memasuki liang singa

Siapa bersedia melintasi jalan ini?

Meskipun seorang diri,
bagaikan seekor babi yang siap dipanah untuk pesta
Tetaplah setia berjalan di jalan sepi ini
Hadapilah arus, badai dan gelombang yang hendak menghempaskanmu
keluar dari jalan sempit ini!

Di dalam kesendirianmu,
ingatlah kau tidak sendirian di jalan ini!
Sebab, tulang-belulang yang menuntut keadilan menyertaimu!
Jangan takut!

Rakyat bersimbah darah menantimu
Datanglah,
Tuntunlah mereka memasuki tanah terjanji
Bebaskan rakyatmu dari belenggu penjajahan, kemiskinan, kebodohan,
serta kematian sia-sia di ujung bedil yang tak berkesudahan

Di sini, pada jalan sempit dan sepi ini
Rakyat meletakkan harapan akan pembebasan
Datanglah dan bebaskan sebelum lenyap seiring senja yang akan tiba
Membawa pada maut di usia dini tanpa mengenal belas kasih


Agats, 23 Juli 2020

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun