"Saya sebagai Uskup Administrator dalam dua tahun atau tiga tahun, saya akan garisbawahi pendidikan. Di Maluku, saya harus bangga sekarang. Pendidikan luar biasa. Dua puluh lima tahun lalu, waktu saya datang, kita setengah mati juga,tapi sekarang saya bangga karena 21 imam projo bergerak di bidang pendidikan, karena sejak awal saya sudah gerakkan perkembangan imam projo,"Â tegas Uskup Mandagi saat memberikan sambutan pada saat ramah tamah perayaan 114 tahun Gereja Katolik Papua Selatan, pada Rabu, (14/08/2019).
Gereja Katolik Keuskupan Agung Merauke merayakan 114 tahun kehadiran misi Katolik di Merauke pada 14 Agustus 2019. Perayaan tersebut dilaksanakan di taman ziarah Hati Kudus Yesus. Uskup Keuskupan Amboina, Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC selaku administrator apostolik Keuskupan Agung Merauke memimpin perayaan tersebut. Ia didampingi oleh Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC, Uskup Keuskupan Bandung, selaku Visitator Keuskupan Agung Merauke yang ditunjuk Paus Fransiskus untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang melilit Keuskupan Agung Merauke.
Perayaan Ekaristi berlangsung hikmat diikuti ribuan umat Katolik dan undangan lainnya. Selesai Misa dilanjutkan dengan ramah tamah. Uskup Mandagi dalam acara tersebut memberikan sambutan yang sangat berguna bagi segenap umat Katolik Keuskupan Agung Merauke. Ia menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana membawa orang Papua Selatan ke masa depan yang lebih baik.
"Mgr. Anton Subianto yang kami hormati. Bapak Bupati, Pak John dan semua yang terhormat. Saya bilang saudara/i. Kalau saya ikut urutan lima menit, sepuluh menit yang terhormat, akhirnya habis itu waktu. Jadi, pokoknya, saudara/i sekalian yang terkasih dalam Kristus. Mau bilang apa lagi. Tadi sudah banyak bilang," ungkapnya mengawali sambutannya.
Uskup Mandagi menegaskan bahwa "Menurut Nelson Mandela, tokoh Afrika Selatan, 'hanya dengan pendidikan, kita kuasai masa depan.' Jangan harap orang Papua Selatan akan kuasai masa depan, kalau tidak ada pendidikan atau kurang, jangan harap! Atau Nelcom, aktivis HAM Amerika Serikat, dia katakan, 'hanya dengan pendidikan kita mengubah orang, cara lain tidak.' Bagus itu peraturan tadi. Banyak sekali peraturan, tetapi kita tidak bisa mengubah dengan peraturan-peraturan. Itu sarana. Tapi, pendidikan. Saya memang harap Bapa Bupati dua ratus persen perhatikan pendidikan yang ada di sini," tuturnya.
"Dan saya sebagai Uskup Administrator dalam dua tahun atau tiga tahun saya akan garisbawahi pendidikan. Di Maluku, saya harus bangga sekarang. Pendidikan luar biasa. Di berbagai tempat kita kuasai, tapi di sana waktu awal, saya dua puluh lima tahun lalu datang, kita setengah mati juga, bukan seperempat mati, setengah mati. Tapi, sekarang saya bangga karena 21 imam projo bergerak di bidang pendidikan karena dari awal saya sudah gerakkan perkembangan imam projo. Maaf MSC bukan saya singkirkan Anda, tapi apa boleh buat, satu wilayah Keuskupan akan bertumbuh juga dengan hadirnya imam-imam projo. Dan mereka akui, MSC di Maluku bagus Bapa Uskup. Kita saling mendukung. Saya minta MSC terjun khusus di bidang pendidikan," kisahnya.
"Di sini juga harus. Tapi, semoga MSC juga mendukung kehadiran imam projo karena Josef Chevaulir, pendiri MSC adalah seorang imam Projo, cuma imam projo yang bagus, bukan yang bajingan-bajingan. Misalnya, tidak masuk gereja, tidak sembahyang, rambut berkibar kiri dan kanan, kumis sana sini dan sebagainya. Mesti jelas, ini imam bukan politisi. Dan sifat dari seorang imam adalah Kudus, bersatu dengan Roh Kudus dan persatuan itu ditandai dengan perayaan Ekaristi. Mengaku dosa. Seringkali kita imam-imam suruh umat mengaku dosa, padahal dia sendiri tidak pernah mengaku dosa, malah buat banyak dosa, kasus-kasus amoral, banyak imam sudah mulai piara-piara bini bahkan bini orang dia sikat. Mereka tertawa karena benar. Atau sementara sekarang babini dan sebagainya," tutur Uskup Mandagi dengan nada humor.
"Saya mau garisbawahi imam-imam juga harus mendukung pendidikan. Imam MSC, superior daerah di sini, coba ada bentuk satu sekolah dari SD, SMP dan SMA dikuasai imam MSC. Kepala sekolah SD, SMP dan SMA adalah seorang imam MSC. Bikin satu kolose. Dan didik imam MSC yang hebat. Kemudian, nanti ada imam Projo juga bikin satu kolose. Gereja sudah hadir di sini 114 tahun, tentu sudah ada banyak yang terdidik. Kalau tidak ada, tidak ada bupati yang hebat ini dan mantan Bupati, tapi betul pendidikan ini sangat-sangat mesti diutamakan. Tentu saja harus mulai dengan pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah hanya lanjutan dari pendidikan di keluarga. Jangan keluarga-keluarga hancur. Sekarang banyak keluarga hancur: mabuk-mabuk, sikat karaoke dimana-mana, cari paitua ada di sana, tidak mandi-mandi selama satu minggu karena banyak cewe-cewe Manado, kurang ajar juga, bikin malu orang Manado juga. Tangkap itu orang Manado, suruh pulang," tegasnya.
"Keluarga-keluarga. Mesti ada gerakan dalam Gereja untuk memperhatikan keluarga-keluarga, mungkin gerakan ME atau gerakkan lain karena dari keluarga akan lahir orang-orang terdidik yang hebat, apa lagi dari keluarga akan lahir imam-imam yang baik."