"Saya melihat bahwa orang Asmat, khususnya di Ayam sangat antusias terhadap pertanian orgnik. Mereka membutuhkan pendampingan, terutama hal-hal teknis. Kita harus kasih teknik yang tepat, supaya mereka membuka kebun sayur dan mendapatkan hasil yang memuaskan sehingga mereka bisa percaya.Â
Unsur kepercayaan antara kita yang mendampingi dengan para petani sangat menentukan keberhasilan saat ini dan perkembangannya ke depan, " tutur Br. Elias Logo OFM saat ditemui di Biara St. Antonius Sentani, Sabtu, [19/10].
Dentum tifa dan nyayian khas Asmat menggema di dermaga kampung Cumnew. Ratusan orang, laki-laki, perempuan dan anak-anak mengenakan busana tradisional Asmat. Mereka bernyanyi dan menari-menari. Sukacita besar tampak di raut wajah mereka.
Tim DFAT dan BAPPENAS disambut secara adat. Kapur putih dihamburkan ke arah anggota tim yang turun di dermaga Cumnew. Pertanda manusia, leluhur dan semesta Asmat bersukacita menyambut kedatangan Tim DFAT dan BAPPENAS. Satu persatu digandeng dan dibawa ke kampung Cumnew.
Itulah suasana penyambutan Tim DFAT dan BAPPENAS yang akan melakukan panen raya sayur organik di Distrik Akat, khususnya di lima kampung yang berada di pusat Distrik Akat, yaitu Cumnew, Ayam, Bayiw Pinam, Waw Cesau dan Jowes pada Sabtu, [22/9]. Â
Di kebun-kebun sayur milik masyarakat, tampak sayur hijau dan segar. Ada kangkung dan sawi yang siap dipanen. Ratusan petak sayur lainnya sedang tumbuh. Ratusan warga masyarakat di kelima kampung dan Tim DFAT dan BAPPENAS melakukan panen raya sayur di petak yang sudah siap panen.
Di balik hijaunya sayur organik di Ayam, Distrik Akat, terdapat sang arsitek pertanian organik yang menanganinya dengat tepat. Dia adalah Br. Elias Logo OFM. Â Lelaki asal Wamena, Papua ini adalah seorang biarawan Fransiskan. Ia merupakan ahli pertanian organik di Papua.Â
Kerja Bersama PetaniÂ
Selama di Ayam, ia mendampingi para petani sayur organik di lima kampung di pusat Distrik Akat, yaitu kampung Waw Cesau, Ayam, Bayiw Pinam, Cumnew dan Jowes. Ia bekerja mulai pagi pukul 07.00-17.00 WIT.Â
"Saya kerja bersama dengan kelompok tani mulai pagi hari. Siang hari saya pulang makan. Setelah makan, pukul 13.00, saya kembali ke kebun bersama para petani. Saya ajar mereka cara buat petak (bedeng), cara menanam dan merawat sayur," tutur Br. Eli.