Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cahaya di Lumpur Asmat

28 Februari 2018   08:38 Diperbarui: 28 Februari 2018   08:50 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman depan SD YPPK Salib Suci Agats setelah ditata. Tampak papan nama sekolah dan gugus depan Pramuka yang baru, gapura dan baliho para guru, 13 November 2017 (dokumentasi pribadi)

"Setelah mengikuti pelatihan SPM dan MBS yang digelar Landasan Papua pada 23 Mei-1 Juni 2017, saya kembali ke sekolah dan melakukan evaluasi diri sekolah serta membentuk tim delapan standar akreditasi sekolah," tutur Kepala SD YPPK Salib Suci Agats, Fransiskus Heatubun pada saat Raker Kepala Sekolah se-Kabupaten Asmat di gedung Wiyata Mandala, Agats, 21 November 2017.

SD YPPK Salib Suci Agats terletak di tengah kota Agats. Sekolah ini didirikan oleh misionaris Katolik dari Ordo Salib Suci pada tahun 1957. Kini, sekolah ini bernaung pada Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik (YPPK) Yan Smit Keuskupan Agats. Letaknya, seratus meter di depan gereja Katedral Salib Suci Agats. Meskipun berada di tengah kota Agats dan tidak jauh dari Kantor Keuskupan Agats, tetapi sarana-prasarana dan keadaan tata kelolanya masih memprihatinkan.

Halaman sekolah tampak gersang. Tanah di lingkungan sekolah dibiarkan kosong. Demikian halnya, di depan kelas tidak tampak pot bunga. Sampah berserakan di depan Perpustakaan yang jarang digunakan.

Sekolah ini memiliki 364 siswa. Siswa perempuan berjumlah 188 dan siswa laki-lai berjumlah 176. Ratusan siswa ini rela mengantri saat ke toilet karena hanya ada dua toilet siswa yang berfungsi. Di depan sekolah berdiri papan nama sekolah yang sudah usang sehingga tulisannya hampir tidak terbaca. Demikian halnya, Perpustakaan tidak berfungsi. Buku-buku tua tergeletak di rak-rak buku. Meskipun berstatus sekolah Katolik, sekolah ini minim sarana rohani. Di sekolah ini belum ada ruang doa.  

Dari sisi tata kelola, para guru yang mengajar di SD YPPK Salib Suci Agats belum membiasakan diri menggunakan Rencana Proses Pembelajaran (RPP). Guru masuk ke kelas dan mengajar tanpa RPP. Situasi ini terjadi karena dokumen kurikulum belum tersedia. Selain itu, komite sekolah belum berfungsi maksimal. Komite sekolah dibentuk sekedar legalitas pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Seutas doa dipanjatkan oleh Frans. "Saya berdoa minta Tuhan membuka jalan supaya kami bisa membenahi sekolah ini," ungkapnya saat ditemui staf Landasan Maret 2017. Melalui perjumpaan dengan Landasan Papua niat Frans untuk membehani SD YPPK Salib Suci Agats menemukan jalannya.

Pada tanggal 23 Mei-1 Juni 2017, Landasan Papua menggelar pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bagi para guru di Distrik Agats. Pelatihan ini menjadi momentum Frans menata sekolahnya. Ia hadir selama delapan hari tanpa alpa bersama guru senior, Bibiana Lestari dan operator sekolah, Wendy Heatubun. Usai mengikuti pelatihan ini, Frans langsung memimpin para gurunya untuk membenahi SD YPPK Salib Suci Agats.

Frans memiliki komitmen membenahi SD YPPK Salib Suci Agats. Setelah mengikuti pelatihan SPM dan MBS, ia membentuk tim delapan standar akreditasi sekolah dan mulai melakukan pembenahan sarana prasarana sekolah. "Setelah pelatihan SPM dan MBS, saya langsung mengajak para guru untuk rapat. Pada saat rapat itu, kami melihat berbagai kekurangan yang ada di sekolah ini. Kami juga membentuk tim delapan standar untuk persiapan akreditasi sekolah," tutur Frans di hadapan para kepala sekolah se-Kabupaten Asmat.

Guru senior yang menyelesaikan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Fajar Langgur pada tahun 1983 ini mengungkapkan bahwa sebagai kepala sekolah dirinya menegaskan kepada para guru untuk melaksanakan tugas mengajar sesuai peraturan yang berlaku yaitu wajib menggunakan RPP. Ia juga meminta kepada para gurunya untuk disiplin dalam mengajar dan mendidik anak-anak. 

"Saya tegaskan kepada semua guru di SD YPPK Salib Suci, baik guru kelas maupun guru bidang studi untuk disiplin dalam mengajar, mendidik dan memberikan teladan yang baik kepada anak-anak. Selain itu, seluruh perangkat pembelajaran di kelas: silabus, RPP, program semester dan lain-lain  harus diperhatikan oleh setiap guru yang mengajar," tuturnya.  

Halaman depan SD YPPK Salib Suci Agats setelah ditata. Tampak papan nama sekolah dan gugus depan Pramuka yang baru, gapura dan baliho para guru, 13 November 2017 (dokumentasi pribadi)
Halaman depan SD YPPK Salib Suci Agats setelah ditata. Tampak papan nama sekolah dan gugus depan Pramuka yang baru, gapura dan baliho para guru, 13 November 2017 (dokumentasi pribadi)
Tifa perubahan yang ditabuh Frans kini mulai tampak dan dirasakan oleh peserta didik dan warga kota Agats. Halaman SD YPPK Salib Suci tampak bersih dan terawat. Sampah tidak lagi bertebaran di halaman sekolah. Area kosong telah ditanami pohon. Di depan kelas sudah ada pot bunga dicat hijau. Bunga bertumbuh, hijau dan segar. "Saya minta anak-anak bawa pot bunga. Kami atur dengan rapi di depan kelas sana," tuturnya sambil menunjuk ke arah  pot yang berjejer di depan salah satu ruang kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun