Mohon tunggu...
Petrus Bharoto Kesowo
Petrus Bharoto Kesowo Mohon Tunggu... Human Resources - Professional

Belajar Hukum dan senang seni menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

WFH dan PPJJ (Sebuah Catatan Ringan)

16 Maret 2022   15:08 Diperbarui: 16 Maret 2022   15:14 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

WFH dan PJJ (sebuah catatan ringan)

Sebagian besar dari kita tentu tidak menduga bahwa terdorong atau BERKAT pandemi yang saat ini melanda seluruh dunia tak terkecuali Indonesia, digitalisasi di segala bidang telah menjadi bukan saja gaya hidup tapi bahkan cara hidup baru bagi sebagian besar dari kita. Mulai dari kehidupan rumah tangga, pendidikan, ibadah hingga ke perniagaan yang bukan saja dalam lingkup lokal/ domestik, namun juga antar negara.

Di dunia pendidikan khususnya jenjang SD hingga SLTA hingga saat ini menggunakan metode pembelajaran yang disampaikan secara daring (dalam jaringan). Hanya berbekal paket data aktif dan gawai yang compatible, maka siswa sudah bisa mengikuti pelajaran yang disampaikan secara remote. Orang tua juga akan dimudahkan karena tak harus membekali anak dengan uang jajan atau bekal makanan yang belum tentu dimakan.

Tentu kita semua maklum dan pahami bahwa metode pembelajaran ini hanya bersifat darurat. Pandemi harus segera diakhiri agar pembelajaran bisa segera dilaksanakan dengan cara lebih sempurna, yakni perpindahan atau perubahan dari SD ke STM, maksudnya dari Sekolah Daring menjadi Sekolah Tatap Muka. Ada kekhawatiran besar dari saya pribadi maupun beberapa orang yang sempat berbicara dengan saya.

Kekhawatiran itu di antaranya adalah sempurnakah pembelajaran dengan cara daring, dan yang kedua adalah rendahnya sosialisasi dengan teman. Saya ingin menambahkan kekhawatiran ketiga, ada kemungkinan orang tua dan anak menjadi terlalu nyaman dengan system ini. Mari kita ulas secara sederhana satu per satu.

Pembelajaran normal dilakukan di dalam kelas yang membuatnya memungkinkan terjadi interaksi langsung yang hidup antara pengajar dan pembelajar. Jam pelajaran normal dilakukan selama 45 menit tiap pelajaran, jika satu mata pelajaran dilakukan 2 jam berturut-turut maka akan terjadi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selama sembilan puluh menit non stop. Masa dulu ketika saya masih bersekolah, saya ingat betul di SMP dan SMA tahun 1985 hingga 1991, tiga jam pertama dimulai pukul tujuh tepat dan kami beristirahat mulai pukul 09.15. Pukul 09.30 kami masuk kelas lagi untuk dua jam pelajaran berikutnya hingga pukul 11.00 saat kami istirahat kedua. Kami masuk kelas kembali pada pukul 11.15 dan menyelesaikan dua pelajaran terakhir pada pukul 12.45. Sehingga dalam sehari kami menyelesaikan tujuh jam pelajaran kecuali hari Jumat yang hanya sampai pukul 11.00. Saya mesti katakan dari sudut pandang saya, itu efektif.

Tentu saja mudah dipahami bahwa interaksi ini menjadi kunci pentingnya penyampaian materi dan pengajar kepada pembelajar. Memang metode mengajar masing-masing pengajar tidaklah sama, namun ada pakem yang sama. Setidaknya ada Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang menjadi pegangan yang akan membantunya dalam mengajar agar sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada hari tersebut, juga sebagai pedoman yang disepakati antara pengajar dan kurikulum yang tentu saja dibahas baik secara formal dalam rapat dewan guru maupun secara personal antar pengajar dalam obrolan ringan yang ditemani masing-masing segelas kopi.

Sekali lagi, metode mengajar atau lebih tepatnya gaya mengajar tentu saja beda. Ini yang seringkali menjadi penyelamat kami dulu sebagai siswa saat dihantam jenuh hingga titik yang sangat rendah. Ada Pak itu atau Ibu itu yang mengajarnya menyenangkan hingga kami mudah mencerna materi pelajaran yang mudah masuk ke otak kami berbarengan dengan cemilan masuk perut yang biasa kami sembunyikan di laci sejak istirahat. Ada juga pak itu dan Ibu itu yang cara ulangannya memudahkan hingga seringkali ulangan dari Beliau-beliau ini justru kami tunggu dengan sangat percaya diri.

Kegiatan Belajar Mengajar secara tatap muka memungkinkan setiap masalah yang timbul dalam proses transfer ilmu bisa diselesaikan hari itu juga, bahkan saat itu juga. Setiap pertanyaan atau ketidakmengertian atau bahkan belajar adu argument akan jadi laga final saat itu juga. Tentu saja ini ada syaratnya, syarat utamanya adalah kenyamanan pembelajar terhadap pengajar. Tak jarang pertemanan yang akrab terjalin antara pengajar dan pembelajar. Ketika itu terjadi dan jarak benar-benar terpangkas maka mudah dipahami bahwa transfer ilmu akan berlangsung dengan sangat nyaman, tanpa harus melupakan bahwa bagaimanapun ada batas.

Pun tak kalah penting dalam masa istirahat yang hanya dua kali lima belas menit. Interaksi antar siswa terbiasa berjalan sangat harmonis. Sosialisasi yang sangat diperlukan untuk bekal pergaulan kelak di kemudian hari. Meski tak bisa ditampik bahwa ada juga siswa yang segan membaur, lebih suka buka buku di dalam kelas ataupun menyendiri di sudut lain yang lebih sepi. Mungkin juga yang dibuka bukan melulu buku pelajaran, bisa jadi novel, partiture lagu untuk dinyanyikan Bersama... atau bisa jadi novel Nick Carter atau stensilan Anny Arrow. So what, itu dunia aqil baliq kan?

Biasanya kantin atau apapun itu berupa warung yang menyediakan makanan dan tentu saja minuman menjadi pusat pertemuan para siswa. Riuh dalam arti kata meriah menjadi pemandangan yang umum terutama pada saat istirahat pertama. Saya yakin penjaga kantin bingung menandai siapa makan apa, berapa yang dimakan dan siapa yang belum atau sudah bayar, atau jangan-jangan lupa atau sengaja ga bayar? Sampai ada istilah waktu itu, setiap hari ada yang ulang tahun. Entah bagaimana nanti Bu Kantin ketika menghitung laba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun