Banjir yang melanda DKI-Jakarta tanggal 05-06 Februari 2018 kemarin menjadi satu tamparan atau pukulan "telak" bagi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam memimpin provinsi yang berada di ibukota negara tersebut. Cara penanganann banjir yang menjadi langganan warga Ibukota Jakarta ini menjadi titik serang alias "pukulan telak" Â yang susah dibendung oleh Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Kerja Joko Widodo tersebut. Â
Sejumlah kalangan menilai Anies Baswedan kurang memiliki kemampuan untuk menempatkan mana yang pokok, prioritas dan urgent dalam program pembangunan DKI Jakarta.
Dimasa awal kepimpinannya Anies tidak menempatkan masalah banjir sebagai masalah utama dan prioritas di Jakarta, malah Anies sibuk dengan masalah pasar Tanah Abang dan mengiatkan kembali moda transportasi becak di Jakarta. Padahal banjir menjadi langganan dan bencana rutin yang dialami warga DKI dikala musim hujan tiba.
"Beliau (Anies) ternyata tak punya skala prioritas dalam bekerja. Â Saya baru paham alasan Jokowi setelah banjir di Jakarta dua hari ini. Ini toh alasannya," ujar Hasbi di Wartakotalive.com sebagaimana dikutip Tribunew.com,Selasa (6/2/2018).
Menurut Hasbi masalah banjir  di Jakarta bisa saja tidak terjadi jika Anies-Sandi cepat menyelesaiakan masalah  pembebasan lahan di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung.
Kenapa Banjir Menjadi Prioritas
Tetapi apa pun persoalan pembangunan suatu daerah, Â pimpinan daerah tetap menjadi sasaran empuk dari berbagai serangan. Bahkan kritik yang sangat pedas sekali pun pasti akan tertuju kepadanya selaku penanggungjawab utama pembangunan daerah.
Kisah banjir di Jakarta menjadi contoh. Padahal banjir di Jakarta merupakan bencana kiriman atau banjir kiriman dari beberapa daerah sekitar Jakarta. Artinya tidak saja menjadi tanggungjawab Anies-Sandi tetapi juga daerah-daerah sekitar Jakarta sebagai pengirim banjir ke ibukota. Â Â