Mohon tunggu...
Petrus Oratmangun
Petrus Oratmangun Mohon Tunggu... -

nyengirrrr...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Efek Domino di Ambon

12 Oktober 2011   12:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:02 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Selamat datang di dunia Game! Domino. Di era digital ini, Domino sepertinya disingkirkan dalam kategori game. Dunia game lebih relevan dengan game house, play station, Ding Dong dan bentuk permainan lainnya yang berbau elektronik dan maya.

Cikal bakal ‘game modern’ boleh dibilang dimulai dengan bentuk permainan kuno. Mesti begitu, Domino sepertinya tak usang dimakan waktu. Lihat saja, permainan dengan kartu Domino masih relevan di era modern ini. Permainan dengan kartu Domino masih sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari pejabat yang bermainnya di hotel dan kantor, aparat di pos-pos keamanan sampai oleh masyarakat kecil di bilik rumah dan rumah kopi.

Di Ambon, kartu Domino sangat popular dimainkan. Apalagi dengan kondisi berjaga-jaga seperti ini, kartu Domino laris manis, termasuk di Negeri Porto-Haria yang lagi bertikai.

Di Ambon, bila tiga orang berkumpul, kartu Domino akan dimainkan dalam bentuk ‘Tutup-Buka’. Empat orang bisa berubah menjadi gaplek bahkan ‘Kancing-Bayar’ dan Lima orang akan memainkan ‘Kyu-Kyu’. Bila enam orang? Lima orang main, satunya sebagai penonton, sekaligus bisa berubah menjadi saksi bila diciduk polisi. (hehehe)

Di Ambon, begitu populernya kartu Domino, sampai-sampai ada anekdot yang beredar lewat SMS bahwa Nabi Nuh (maaf ya) juga ‘suka bermain Domino’. Dalam SMS yang beredar menyebut bahwa konon, ketika Zaman Air Bah, Nuh mengambil tiap-tiap pasang binatang untuk dimuat dalam bahtera. Ketika pintu bahtera ditutup rapat, ada dua orang yang mengetuk pintu, tapi ditolak Nuh. Namun pada ketokan ketiga, ada yang mengaku dari Ambon dan datang membawa Kartu Domino! Nuh buru-buru memerintahkan ‘ABK’ segera membuka pintu. (Hehehe…)

Dari mana asal permainan ini?Dari penelusuran di internet menyebut, beberapa catatan sejarah menelusuri bukti adanya potongan-potongan, jalan kembali ke prajurit-pahlawan yang bernama Hung Ming (181-234 M). Sejarawan lain percaya bahwa Keung T'ai Kung, pada abad kedua belas SM telah menciptakannya. Yang Chu sz ubi menyatakan domino diciptakan seorang negarawan di 1120 Masehi. Negarawan ini memberi kepada Kaisar Hui Tsung, dan beredar di luar negeri atas perintah kekaisaran pada masa pemerintahan putra Hui, Kao-Tsung (1127-1163 M). Penafsir lain mengatakan bahwa dokumen ini mengacu pada standardisasi dan bukan penemuan permainan itu sendiri.

Michael Dummett menulis pendek di bagian sejarah dari 'Game of Tarot': berpacaran dengan pengenalan domino di Eropa ke Italia, ke Venesia dan Naples pada abad 18. Walaupun ubin domino jelas dari Cina warisan, ada perdebatan apakah mengatur ubin Eropa berasal dari Cina ke Eropa pada abad ke-14 atau diciptakan secara independen.

Domino, tentu bukan berasal dari Ambon. Meski begitu, Domino sangat lestari disini. Konflik Ambon tahun 1999 pun terbukti sama seperti bermain Domino. Bila terjadi satu insiden di Ambon, seakan-akan kita tengah bermain Domino, konflik pun sambung-menyambung.

Satu hari ditahun 1999, seorang pencuri dikejar di pasar Mardika, tiang listrik pun berbunyi sambung menyambung tanda adanya konflik dan semua warga panik dan lari. Kepanikan berembet begitu cepat sampai diseluruh pelosok Maluku. Konflik pun sambung menyambung dari Ambon ke Tual (Kabupaten Maluku Tenggara) dan Saumlaki (Kabupaten MTB). Di Pulau Seram konflik menjadi-jadi dan merembet sampai ke Buru. Tak hanya di Maluku, Maluku Utara pun bergejolak. Konflik merembet sampai ke hampir seantero pulau-pulau di Maluku yang berpenghuni. Efek Domino memang dominan di daerah ini.

Konflik memang mengharubiru Maluku. Alhasil! Penderitaan, kesengsaraan dan kemiskinan didapat. Maluku begitu kaya, tapi kita tercatat sebagai propinsi termiskin ketiga di nusantara. Masih untung, masyarakat Maluku cepat sadar dari mimpi buruk nan menakutkan.

Permainan Domino sengaja kembali dimainkan di Kota Ambon pada 11 September 2011 kemarin. Maluku nyaris kembali pada mimpi buruk tentang konflik. Bila masyarakat Maluku terprovokasi lalu marah kemudian serempak mengangkat senjata memerangi saudaranya sendiri seperti tahun 1999, Maluku yang sudah terpuruk ini akan semakin terperosok ke dalam jurang kehancuran.

"Membuat perdamaian itu bisa sebentar dan lebih mudah, tetapi melestarikan perdamaian lebih sulit dan butuh waktu bertahun-tahun," begitu kata Jusuf Kalla di Ambon, Sabtu (1/10) pekan lalu, usai dinobatkan sebagai Tokoh Perdamaian. Bapak perdamaian ini sebetulnya mengajak masyarakat Maluku untuk melestarikan perdamaian yang sudah dibuat.

Kalau efek Domino bisa untuk menghancurkan, kenapa kedamaian tidak bisa ditularkan sambung-menyambung seperti bermain Domino? Nah, Ayo orang Ambon, mari kita lestarikan kedamaian dengan mengacu pada pola permainan Domino…!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun