Mohon tunggu...
Petri Chordz
Petri Chordz Mohon Tunggu... -

Language is legislation, speech is its code. We do not see the power which is in speech because we forget that all speech is a classification, and that all classifications are oppressive. ~Roland Barthes

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Riuh Doa Anak Negeri untuk Indonesia

18 Agustus 2015   09:05 Diperbarui: 18 Agustus 2015   09:05 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar diambil dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia "][/caption]

Malam itu, malam tanggal 16 bulan yang sama Agustus ke delapan dalam tahun seribu sembilan ratus lebih sudah lama; Sjahrir tidak bisa tidur setelah ketukan di pintunya--kabar penuh getar: besok kita akan merdeka. Ia hanya tersenyum penuh gemilang girang duduk menghadap meja dengan daun jendela kayu yang terbuka: memandang langit tingkat pertama. Bersyukur dan memohon. Berharap sekaligus takut.

Malam itu lebih sunyi dari kebiasaan yang mampu diingat malam lainnya: lebih hening, lebih redup. Sehabis tarawih: tadarus dipelankan, dibaca meresap dilambankan. Zikir lebih banyak disedekahkan banyak sekali hati: Yang Pengasih Yang Penyayang--sejumlah yang tidak dapat terhitung.

Shalat malam lebih banyak didirikan dan dipelihara: takut juga harap saling melampaui-- telah pukul 00.01: tanggal 17 bulan yang sama Agustus ke delapan tahun seribu sembilan ratus lebih sudah lama.

B.M Diah menyebarkan berita juga kabar gembira dalam bisik pelan di tengah malam: negerinya yang amat mereka cintai dalam hitungan jam akan segera menyandang sebuah kata merdeka. Negerinya yang amat ringkih menanggung tangis selama ini akan memutus deritanya sendiri.

Dan malam itu akan semakin panjang bagi sebagian banyak:

Pasti sehabis sahur Ahmad Subarjo gelisah menunggu subuh. Selepas proklamasi selesai dalam rumusan; pukul 4 pagi-- ia memilih tidak tidur. Bahkan kurma bekal sahurnya hanya ia habiskan satu--sebagai syarat jumlah ganjil.

Wikana menahan kencingnya malam itu: agar dalam duduk diamnya bayang merdeka sebuah negeri yang amat dicintainya tidak hapus hilang.

Syahrudin merancang rencana mencurangi Jepang: besok ketika habis selesai proklamasi dibacakan ia akan mencuri pakai telegraf Jepang-- menyebarkan kabar yang teramat menggembirakan: Indonesia negeri kita sudah merdeka!

Bagi sebagian lain yang lebih banyak: rumah-rumah lain akan sama sibuknya sedari malam. Menyiapkan pakaian terbaik untuk besok proklamasi: kebaya brukat, batik tenun, kemeja katun jepang, atau baju lurik bekas peninggalan embah. Memanaskan setrika arang, hingga tercium aroma sate tanpa daging dan kecap, hanya hangus panas yang sangit: menggosok pakaian. Bagi sebagian lain: nanti pagi adalah lebih mendebarkan daripada upacara khitan atau pinangan pertama; karena negerinya yang ringkih akan sebentar lagi menjadi merdeka: gagah di atas kakinya sendiri.

Subuh itu: dalam doa yang lirih sekali dirapal, banyak hati sujud yang hanya empat kali menjadi sedikit lebih lama. Sujud yang hening tidak terlalu khusyuk: banyak hati kala itu meminta dalam bayang agar negerinya yang ringkih segera kembali gagah-- dalam sebuah pembacaan ikrar penegasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun