Semarang, Jawa Tengah. -- KKN UIN Walisongo mengadakan sebuah podcast terkait kesetaraan gender, yang diselenggarakan oleh salah satu kelompok KKN UIN Walisongo yaitu Kelompok 41. Acara berlangsung pada tanggal 20 Februari 2022, pukul 10.00 sampai 11.30 WIB melalui Zoom meeting. Acara dibuka dengan pembukaan dari moderator, selanjutnya moderator membacakan CV para narasumber. Terdapat 2 narasumber yaitu Lantip Asyam Ammar selaku wakil ketua BEM UNS dan mahasiswa Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Narasumber berikutnya yaitu Yurinda Kanifah selaku Duta Genre Surakarta 2019. Tujuan diadakan podcast ini untuk menjawab berbagai persoalan terkait kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang sedang diperbincangkan di era sekarang.
Acara dilanjutkan dengan obrolan santai terkait kesetaraan gender dengan judul "Bolehkah laki-laki dan perempuan setara?". Beberapa pertanyaan terkait kesetaraan gender sudah disediakan agar dapat mudah berdiskusi dengan para narasumber. Diskusi dimulai dengan pertanyaan pertama yaitu "Perempuan berkarir dijudge menelantarkan anak dan suaminya, sedangkan laki-laki berkarir dianggap husband goal?". Jawaban dimulai dengan kak Ammar, menurut kak Ammar "Perempuan itu bebas memilih menjadi wanita karir atau ibu rumah tangga dengan tidak meninggalkan kodratnya sebagai perempuan".
Pertanyaan selanjutnya terkait "budaya Patriarki yang masih banyak dimasyarakat, bisakah kita menghilangkan budaya patriarki tersebut"? jawaban kak Yurinda, menurut kak Yurinda "Budaya patriarki sulit dihilangkan karena sudah ada sejak zaman dahulu, namun untuk sekarang kita dapat mengurangi budaya patriarki tersebut dengan mengedukasi masyarakat".
Pertanyaan yang menarik dan asik terkait "laki-laki diminta untuk selalu menjadi kuat dengan dalih tidak boleh menangis dan sebagainya, padahal menangis dan sedih merupakan perasaan yang dimiliki oleh manusia atau menjadi fitrahnya manusia" kak Ammar memberikan pendapat bahwa "Laki-laki diciptakan dengan pundaknya yang kuat untuk menyanggah tangis perempuan, jadi wajar saja jika laki-laki jarang menangis. Jika mengharuskan untuk menangis sebaiknya jangan ditampakan secara langsung, lebih baik menangis secara sembunyi. Laki-laki juga pernah menangis dan itu hal yang wajar".
Pertanyaan terakhir sekaligus penutup moderator memberikan pertanyaan yaitu "Penempatan kesetaraan gender itu sebaiknya bagaimana dalam kondisi yang seperti apa dan berlaku di mana saja?". Kak Yurinda menjawab "Jadi, penempatan kesetaraan gender itu dimana saja asalkan mengerti batasan dan konsep yang sebenarnya".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H