Gak ada keputusan yang kita ambil bermakna salah, hingga membuat terpuruk dalam sedih yang mungkin kan memakan waktu menahun. Yakin semua yang kita lakukan adalah baik, hingga baik untuk kita terus melalu hidup. Perasaan sedih itu berkah, untuk sanggup mengerti apa yang telah kita perbuat sebelumnya hingga larut dalam sedih. Tuhan menciptakan sedih itu sebagai kebutuhan manusia itu sendiri, dengan maksud pencapaian kualitas pribadi dalam melaju hidup dengan penuh kekuatan yang tak tampak ragawi.
Yakin yang kita lakukan baik, meski menurut beberapa teman kita tidak, asal dalam konteks yang sanggup kita pertanggung jawabkan dihadapan kita sendiri, sebelum pertanggung jawaban itu kita pertaruhkan di hadapanNya.
Kita butuh bersedih, namun tak berlebih. Kita butuh menangis dalam kadar yang bisa kita tahu batasnya. Tangis pun diciptakan bagi manusia, jelas bukan hanya untuk wanita. Kubiarkan ku menangis dalam sedih yang mungkin sebagai signal kebahagiaan atas sesuatu yang kudapati. Aku senang . . . aku sedih . . . sekali lagi kubiarkan lakrimasi ini menggarisi pipiku, pelan-pelan terlengkapi rasanya hidupku terberi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H