Sampai hari ini, kasus pasien Covid-19 di Australia mencapai 5.350 orang, terbanyak ke-20 dunia. Jumlah penderita Covid-19 per penduduk juga mencapai 210 orang per 1 juta penduduk, jauh lebih tinggi dari Indonesia yang hanya 7 orang per 1 juta penduduk. Namun, lima ribu penderita covid-19 tersebut didapat setelah dilakukan lebih dari 275 ribu tes Covid, atau hanya sekitar 2% dari total tes yang dilakukan. Kondisi ini jauh berbeda dibanding Indonesia yang baru melakukan 7.621 tes dengan lebih dari 25% orang yang dites menderita covid-19, belum termasuk hasil rapid test yang terbukti ratusan orang juga positive menderita covid-19. Rasio jumlah korban meninggal di Indonesia juga menjadi salah satu yang tertinggi di dunia, yang mungkin lebih disebabkan keterlambatan dalam identifikasi sehingga relatif terlambat dalam penanganan pasien.
Kembali ke topik, satu hal yang menarik dari penanganan covid-19 di Australia adalah sudah mulai terjadi penurunan jumlah penderita baru covid-19. Sebagian besar kasus covid-19 yang terjadi juga lebih disebabkan oleh kunjungan ke luar negeri yang dilakukan oleh penduduknya. Pelambatan jumlah penderita baru juga bukan asal klaim yang dapat dilihat dari banyaknya tes covid-19 yang dilakukan.Â
Pada saat temuan kasus baru mulai melambat, pemerintah juga melakukan perluasan pengujian virus hingga menjangkau traveller interstate atau kalau di Indonesia pelancong antar kota antar provinsi, sehingga pemerintah bisa mendapatkan data yang lebih akurat mengenai pasien yang terjangkit penyakit ini.
Sumber : Departemen Kesehatan Australia
Perlambatan temuan virus yang relatif cepat ini juga terutama disebabkan oleh langkah pemerintah yang padu dalam memerangi virus ini antara lain :
- Insentif ekonomi hingga 17,6 miliar dollar untuk bantuan ekonomi
- Subsidi kesehatan raga dan jiwa, bahkan obat juga sampai diantar kalau gak ada
- Menerapkan kebijakan dilarang keluar rumah buat warga yang gak ada kepentingan. Kalau sampai ada yang keluar, bakalan didatangi polisi dan didenda sampai puluhan juta per orang. Bahkan untuk karyawan, kantornya juga bisa didenda sampai miliaran. Keluar rumah juga harus jelas tujuannya, misal beli kebutuhan rumah tangga, atau beli obat.
- Setelah ramai kasus berjemur di pantai, sekarang pemerintah Australia juga sudah menutup semua tempat hiburan yang ada. Pertemuan juga dibatasi maksimal hanya untuk 2 orang.
- Pilihan kebijakan pembatasan sosial juga dilakukan pemerintah namun tiap daerah memiliki tingkat urgensi yang berbeda, tergantung dari tingkat kegentingan daerah. Misal, denda keluar rumah di Sydney jauh lebih besar dari Adelaide, lebih karena kasus Covid-19 di Sydney jauh lebih besar dibanding Australia selatan, atau juga dibanding Canberra yang tidak menerapkan denda sama sekali dan hanya berupa anjuran pemerintah.
- Pemerintah juga menetapkan menutup semua usaha dan kantor pemerintah yang Non-Essentials untuk membatasi potensi interaksi fisik selain juga memastikan pemerintahan dan ekonomi tetap berjalan.
- Pemerintah membuka seluruh informasi yang ada dan dengan mudah masyarakat bisa mengakses melalui website resmi pemerintah, aplikasi android ataupun melalui pesan singkat di aplikasi Whatsapp.
Selain tersebut di atas, mungkin hal yang paling mendukung cepatnya penanganan wabah ini adalah kultur masyarakat yang lebih individualis. Di Australia tidak ada budaya bertamu ke tetangga dan mereka menganggap  rumah adalah ruang privat. Minimnya interaksi antar warga juga membuat penanganan wabah relatif lebih mudah. Yang kedua, masyarakat juga lebih patuh dan memiliki kesadaran yang tinggi akan bahaya virus, sehingga bersama-sama menjaga agar penyebaran virus bisa diminimalisir dan segera berlalu.
Tingginya kesadaran masyarakat dapat dilihat dari usia pasien yang terpapar virus yang paling banyak justru di kalangan pemuda yang lebih disebabkan oleh banyak dari mereka yang kurang sadar dan tingginya interaksi fisik antar mereka, sedang golongan lebih tua cenderung lebih mampu menjaga diri. Kesadaran dalam berbelanja bahkan juga bisa dirasakan dengan berbelanja lebih jarang dan cepat. Beberapa pedagang melarang pembeli menyentuh barang dagangan dan menggunakan transaksi non tunai dalam pembayaran.
Sumber : Departemen Kesehatan Australia
Kondisi sosial budaya tersebut jauh bertolak belakang dengan kondisi masyarakat kita yang sangat ramah dan memiliki ikatan sosial yang tinggi. Namun yang perlu disadari kondisi ini pula yang membuat penanganan virus di Indonesia menjadi jauh lebih susah dibanding di Australia. Secara sederhana, lihat saja perbandingan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta dibanding Australia yang hanya 26 juta jiwa. Belum termasuk interaksi sosial yang terjadi antar tetangga, dengan tukang belanja atau juga banyaknya pekerja informal yang memaksa mereka harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penanganan masalah covid-19 ini membutuhkan langkah yang lebih keras, kedisiplinan, kepatuhan dan ketegasan dalam penindakannya dan mungkin dapat dimulai dari hal yang paling sederhana :
- Ikuti anjuran pemerintah. Jaga jarak, jaga kebersihan, batasi interaksi sosial dan kalau dimungkinkan jalankan karantina mandiri dimulai dari masing masing keluarga. Contoh sederhana misal kalau biasanya belanja dilakukan tiap hari, bisa dijarangkan menjadi 3 hari atau 1 minggu sekali.
- Mulai dikaji untuk penutupan usaha atau kantor pemerintah yang non-essential. Bekerja dari rumah bisa tetap dijalankan disertai dengan pengaturan waktu kerja.
- Bisa juga dilakukan pengenaan sanksi denda bagi warga yang tidak patuh peraturan. Hal ini menurut saya penting karena karakter orang Indonesia yang cenderung tidak taat peraturan dan mengakali peraturan yang ada. Satu hal yang baik di Australia adalah pemerintah tidak banyak peraturan tapi tegas dalam menindak, dan dendanya cukup besar, sehingga orang mikir kalau mau melanggar
- Kalau masyarakat masih membandel, bisa dilakukan pembatasan sosial skala besar yaitu dengan penghentian transportasi penumpang dan bukan transportasi barang.
- Untuk daerah pusat pandemi, juga bisa dilakukan penutupan terbatas, yaitu tetap membuka pelayanan esensial seperti swalayan, rumah sakit, apotek, perbankan, dll. Pasar juga bisa dibuka namun sebisa mungkin terdapat mekanisme jaga jarak yang dilakukan, dan hanya diperbolehkan untuk pedagang makanan dengan sistem bergilir. Sebelum dilakukan penutupan, pastikan bahwa kajian dampak sosial sudah dilakukan dengan baik, tidak harus sempurna karena berkejaran dengan waktu, tetapi setidaknya hal yang esensial sudah dikaji.
- Perbanyak dan percepat tes covid-19, termasuk menerima semua bantuan yang ada seperti percepatan perizinan alat tes dari diaspora Indonesia agar identifikasi penyakit juga dapat lebih cepat dilakukan. Pemerintah juga mengizinkan dan mengusahakan penjualan alat tes ini melalui jaringan apotek nasional atau juga melalui lapak online terutama bagi masyarakat yang mampu membayar, agar masyarakat dapat membeli dan melakukan tes mandiri di rumah masing-masing.
- Pemerintah lebih jujur dan tidak terkesan menggampangkan permasalahan seperti yang dilakukan di awal kasus. Menteri kesehatan juga dapat bertindak sebagai Jenderal Kesehatan, tidak hanya melempar wacana atau pernyataan yang kurang penting. Semua langkah aksi harus jelas, terukur dan dikomunikasikan agar kecurigaan masyarakat terhadap pemerintah dapat dijawab.